Once Again
.
Pairing :: HanChul
Rated :: K
Genre :: Angst/Romance
.
“Heya, Cina! Coba lihat kesini!” Heechul terkekeh sendirian sambil mengarahkan sebuah handy cam kearah Hankyung yang tengah sibuk dengan tumpukkan buku kuliahnya yang tebal- tebal. “Aisshh… Ayolah~”
Hankyung tak mau memperdulikan Heechul sedikitpun. Sorot mata tajamnya, tetap fokus pada buku- buku dihadapannya yang seakan sudah lelah ditatapnya.
“Hankyung chagiya~” Kini Heechul mulai merengek.
“Ya! Berhenti memanggilku begitu!” Seru Hankyung akhirnya sambil mendelikkan satu alisnya kesal. Tapi raut kesal itu hanya sebuah tipuan. Sejujurnya saat itu jantungnya langsung berdegup tak karuan.
Heechul kembali terkekeh dan merekam gambar Hankyung.
“Ya, Kim Heechul! Berhenti!” Namja itu akhirnya berdiri dan menurunkan handy cam ditangan Heechul yang terus diarahkan kepadanya. “Bisa tidak kau berhenti merekam gambarku?”
“Tidak bisa.” Heechul memiringkan kepalanya masa bodoh. “Lagipula aku tak mencuri, kok. Aku kan mengambilnya secara jelas di depan wajahmu.” Namja cantik itu kembali mengangkat handy cam-nya dan mulai merekam Hankyung lagi.
Namja berkebangsaan Cina di hadapan Heechul akhirnya menghela nafas. Menyerah.
Sejak dulu, sampai sekarang, setidaknya sejak dia mulai mengenal Heechul satu tahun yang lalu, dia memang tak pernah menang kalau berdebat dengan Heechul. Pada akhirnya dia yang selalu mengalah dengan segala kelakuan Heechul.
“Ah, tak seru. Kenapa diam? Kau tak bisa melawanku lagi, eh?” Goda Heechul sesukanya.
“Bawel kau. Lakukan sesukamu.” Hankyung kembali duduk.
“Eh, serius? Kalau kau bilang lakukan sesukamu aku akan melakukan semuanya sesukaku. Ayo buka kemejamu!” Kali ini Heechul menunjuk Hankyung seakan memberi perintah dengan senyum licik di wajahnya.
Hankyung kembali menatap Heechul. “Hah?”
“Kan katanya lakukan sesukaku, aku mau kau membuka kemejamu!”
“Dasar aneh!” Hankyung mengambil bukunya dan langsung memukul kepala Heechul dengan buku tebalnya sambil cemberut. “Kau itu selalu mengartikan kata- kataku sesukamu, ya? Apa isi otakmu tak ada yang lain selain membalikkan kata- kata orang lain?”
Heechul tertawa semakin geli. “Tidak ada. Di otakku hanya terisi sel- sel yang kugunakan untuk berpikir.”
Lagi- lagi namja cantik itu membalikkan kata- kata Hankyung.
“Aishh.. Capek aku kalau meladenimu. Tak akan pernah ada habisnya.” Hankyung menyerah dan menutup semua buku di mejanya. Dia menepuk kursi disisinya sambil menunjuk Heechul. “Sini, sini, aku mau bicara serius.”
Sambil menyimpan video yang baru saja diambilnya, Heechul duduk disisi Hankyung. “Apa?”
GREB! Dengan satu gerakan, Hankyung langsung memeluk tubuh Heechul. Tentu saja namja cantik itu langsung melotot shock diperlakukan begitu.
“Ya, Cina! Apa yang kau lakukan?!” Serunya panik dengan wajah memerah.
Hankyung gantian terkekeh. “Kalau tidak dibeginikan, kau benar- benar tak akan bisa diam.” Ujarnya sambil mengeratkan pelukannya.
“Lepaaas! Sesak tahu!”
“Berjanji dulu. Kau harus diam. Jangan balikkan semua kalimat yang kuucapkan. Arra?”
“Jyah! Perjanjian apa itu? Aku kan memang begini? Jangan salahkan aku, dong. Salahkan sel- sel di otakku yang selalu bisa membalikkan semua kata- katamu.” Heechul semakin meronta kesal dengan kelakukan Hankyung. Pasalnya, saat ini jantungnya berdegup kencang sudah.
Hankyung meniup helaian rambut diatas kepala Heechul. “Mulai lagi, kan…”
“Nae.. Nae! Aku janji!!” Serunya gusar.
Hankyung langsung melepaskan tubuh Heechul karena dia juga sudah tak kuat menahan Heechul yang meronta- ronta semakin kuat. “Awas saja kau..” Namja itu terkekeh.
“Aku hanya janji untuk hari ini.” Heechul langsung mehrong.
Mendengar ucapan namja cantik itu, Hankyung membulatkan matanya kesal. “Ya! Jangan hari ini saja! Aku mau seterusnya!”
“Masa bodoh. Siapa kau, berani mengaturku?” Dengan langkah ringan, Heechul langsung berlari meninggalkan Hankyung yang hanya bisa geleng- geleng.
Namja Cina tampan itu langsung kembali membuka buku kuliahnya. “Dasar si Kim Heechul itu.”
0o0o0o0o0o0o0o0o0
“Sedang apa?” Leeteuk, beringsut mendekati Heechul yang tengah duduk di pojok ruang musik. Heechul adalah mahasiswa seni desain 3D, jadi tidak mungkin dia sibuk di ruang musik sendirian. Sedangkan Kim Leeteuk, dia mahasiswa di fakultas musik modern.
Heechul menoleh sekilas kearah hyung-nya itu. “Aniyo, hyung. Hanya melihat hasil video.”
Leeteuk ikut melihat ke arah handy cam yang ada ditangan Heechul. “Eh? Kau merekam kampus kita?” Tanyanya heran.
Heechul hanya mengangguk kecil sambil tersenyum tipis.
“Apa ada tugas presentasi?” Tanya Leeteuk lagi.
Heechul menggeleng sambil mematikan handy cam-nya dan bersandar di tembok. “Tidak ada. Aku hanya mau merekam berbagai hal yang aku suka.” Namja itu langsung kembali mengarahkan handy cam-nya kearah Leeteuk. “Hyung, main piano. Aku akan merekamnya.”
Mendengar permintaan Heechul, Leeteuk tertawa. “Jadi kau suka saat aku main piano?”
“Yah, tidak juga sih. Permainan pianomu itu kan tidak bagus.” Heechul kembali meledek Leeteuk sambil terkekeh.
Diledek begitu, namja cantik dihadapannya cemberut. “Kau mau kudepak dari ruangan ini, eh?” Ancamnya.
“Ya! Begitu saja marah. Aku kan bercanda. Ayo main, akan kurekam. Aku bercanda, kok.” Heechul menatap Leeteuk sambil tersenyum. “Hyung kan pianis berbakat.” Lanjutnya.
Leeteuk langsung berdiri dan berjalan menuju grand piano putih yang berada di tengah- tengah ruang musik. Dia duduk di kursinya dan membuka penutup piano itu. “Rekam yang bagus. Karena lagu ini kupersembahkan khusus untukmu, Heechul.”
Sejenak, Heechul hanya memandangi Leeteuk datar. Tapi detik berikutnya dia tersenyum. “Nae. Ini akan menjadi salah satu kenangan yang terbaik nanti.” Ujarnya sambil mengarahkan handy cam itu kearah Leeteuk yang mulai bermain piano.
Keheningan diantara keduanya muncul. Hanya dentingan piano yang lembut yang mengisi setiap bagian di dalam ruangn itu. Dentingan piano yang harmonis dan lembut itu mengalun perlahan namun pasti.
Tiba- tiba mata Heechul mulai berkaca- kaca. Namun namja itu buru- buru menggelengkan kepalanya kuat dan kembali fokus.
GREEK~
“Hee_”
Hankyung yang baru masuk ke dalam ruangan itu langsung membisu saat melihat pemandangan dihadapannya. Matanya tertuju pada Heechul yang berdiri agak jauh dari Leeteuk. Berdiri dalam diam.
“Heechul…?” Hanya itu yang bisa diucapkan hatinya
TING~ Leeteuk menekan tuts terakhir di piano itu dan menatap kearah Hankyung sambil tersenyum.
“Kenapa diam di pintu, Hankyung?”
“Ah…” Perlahan Hankyung berjalan masuk. “Aku hanya tak mau mengacaukan harmonisasi yang tadi terasa di ruangan ini.” Namja itu melirik Heechul yang tengah sibuk menyimpan video yang tadi diambilnya. “Ya, Heenim. Sebentar lagi kelas kita dimulai.”
“Nae… Nae…” Heechul beranjak ke tempatnya tadi duduk dan menarik ranselnya sambil memasukan kameranya ke dalam tas.
“Dia benar- benar hobi merekam apapun.” Gumam Hankyung.
Leeteuk tertawa kecil mendengar keluhan Hankyung. Bagaimanapun juga, namja itu sangat tahu penderitaan Hankyung yang menjadi objek tetap sasaran kamera milik Heechul. “Biar saja, hitung- hitung kau bisa jadi selebritis di komputernya karena saking banyaknya videomu disana.”
“Ah, aku kesal tahu, hyung. Aku tak dapat bayaran.” Balas Hankyung sambil terkekeh.
Heechul mendelik menatap namja Cina itu. “Kau mau kubayar? Akan kubayar pakai tubuhku.” Ucapnya tanpa pikir panjang sambil berjalan melewati Hankyung begitu saja dan meninggalkan dua namja yang melongo.
“Tuh, kan! Hyung lihat sendiri kan, ucapannya kalau bicara denganku? Apapun yang ada diotaknya semua dikeluarkan. Dasar!” Hankyung hanya bisa mengomel. “Sampai nanti, hyung! Heenim! Tunggu aku. Sudah bagus kau kupanggil!” Namja itu segera berlari keluar dari ruang musik meninggalkan Leeteuk.
Leeteuk yang masih duduk di depan piano kembali menekan tuts- tuts piano itu sambil tertawa kecil mengingat kelakuan Heechul dan Hankyung tadi. “Keduanya itu sama- sama suka, kenapa tidak mengakuinya saja?” Gumamnya sendirian.
.
“Kau itu…” Hankyung geleng- geleng sambil menyamakan langkahnya disisi Heechul.
“Apaan?” Balas Heechul santai.
“Bisa tidak kalau bicara denganku sama seperti saat kau bicara dengan Teukie hyung? Jangan santai dan tanpa pikir panjang begitu.” Hankyung agak cemberut menatap Heechul yang sudah kembali tertawa kecil. “Aku serius. Bisa tidak kau bersikap serius?”
“Ayolah, Hannie~ Kapan sih aku bersikap tidak serius kalau bersama denganmu?” Tanya Heechul sambil menatap namja disisinya.
Hankyung gantian menatap lurus kedepan. “Kau bahkan tak pernah bersikap serius kalau denganku.”
“Tepat!” Heechul langsung menepuk tangannya dan tanpa pikir panjang ia merangkul lengan namja bertubuh agak kekar disisinya. Karena wajahnya yang terhitung cantik, kalau ada orang yang lihat mereka justru seperti pasangan kekasih normal.
Hankyung menatap namja disisinya sambil mengerutkan kening. Ingin sekali dia menarik lengannya, tapi dia juga tak mau melakukannya.
“Kalau denganmu, aku ingin menjadi apa yang aku inginkan. Aku tak ingin bersikap serius, aku tak ingin jadi namja yang membosankan, aku ingin selalu menggodamu karena itu sangat menyenangkan.” Heechul tersenyum tipis sambil menerawang lurus kedepan. “Jadi jangan suruh aku untuk tidak bersikap seperti ini, karena aku tak akan berubah. Hanya disisimu saja aku ingin seperti ini.”
Mendengar kalimat panjang Heechul, Hankyng hanya diam.
Lagi- lagi dia tak bisa membalas ucapan namja itu. Lagi- lagi dia kalah kalau berada disisinya.
“Tapi akan aku coba… Meski hanya sekali. Aku juga ingin mencoba menjadi namja yang baik kalau denganmu, kok. Bener, deh.” Heechul melepaskan tangan Hankyung dan menatap namja yang tingginya tak terlalu jauh dengannya itu.
Hankyung mengerutkan keningnya tak yakin. “Kapan?”
“Hmm… Mungkin di kehidupan selanjutnya… Atau seribu tahun yang akan datang.” Heechul langsung tertawa kencang dan berjalan cepat- cepat meninggalkan Hankyung.
Sedangkan namja Cina dibelakangnya hanya kembali menghela nafas mendengar leluconnya itu. “Kapan mau serius, kalau setiap hari yang terdengar darinya itu hanya lelucon- leluconnya.” Gerutunya sambil berlari kecil mengejar Heechul yang sudah jauh.
0o0o0o0o0o0o0o0
Hankyung melirikkan matanya kesegala arah dengan raut wajah heran. Sesekali namja tampan itu melirik jam tangannya dan kembali menelengkan kepalanya melihat sekelilingnya. Tak kadang pula Hankyung mengambil ponselnya dan mulai sibuk mengirim pesan dengan tampang resah.
“Waeyo?” Seorang teman sekelasnya langsung menoleh menatapnya dari kursi depan. “Kau kelihatan resah sekali. Apa karena Heechullie belum datang?” Tanya yeojya itu.
Hankyung mengangguk. “Tak biasanya dia terlambat.”
“Dia tidak terlambat kan karena kau selalu menjemputnya kalau kelas mau dimulai.” Yeojya itu menarik tasnya dan duduk disamping Hankyung, di tempat dimana biasanya diisi oleh Heechul. “Aku disini, ya?”
“Eh, tapi kalau nanti Heechul datang, kau akan di usir loh.”
Yeojya itu menarik bibirnya menjadi agak cemberut. “Dia itu kenapa bersikap begitu, sih? Padahal aku ini kan yeojya, tapi sedikitpun dia tak mau bersikap manis kepadaku. Kalau aku bicara dikit denganmu, dia langsung mengarahkan sorot mata tajamnya kearahku.”
Mendengar pengakuan yeojya itu Hankyung hanya tersenyum kecil.
“Ya, itu jelas karena Hankyung itu MURNI milikKU.” Sebuah suara dengan dua tekanan di dua kata itu membuat Hankyung dan si yeojya menoleh kesamping. Menatap Heechul yang sudah berdiri sambil berkacak pinggang.
Yeojya itu segera berdiri. “Kau dengar, eh?”
“Saat aku ke dokter, dokter bilang indera pendengaranku ini masih berfungsi sangat baik. Dengan kata mudahnya, aku-tidak-tuli.” Dengan gaya soknya, namja tinggi itu mengibas- ngibaskan tangannya ke arah si yeojya dengan ekspresi malas. “Hush-hush-“
“Ya, Kim Heechul! Itu benar- benar tidak sopan! Bagaimana kau bisa dapat istri kalau sikapmu begitu?” Dengan menghentakkan kaki, si yeojya kembali menarik tasnya dan duduk di tempatnya yang semula.
Heechul duduk di kursinya sambil terkekeh. “Memangnya aku perduli? Dapat istri atau tidak dapat kan itu tak ada hubungannya dengamu. Yang penting sekarang, si Cina jelek ini murni milik Kim Heechul seorang.” Heechul menyeringai menatap Hankyung yang sejak tadi diam tak mau ikut berdebat.
Yeojya itu semakin cemberut. “Jangan mengklaim orang lain dengan hakmu.”
“Dia ini memang milikku.” Heechul langsung menulis sesuatu di atas kertas dan merobek kertas itu kecil sambil menyeringai jahil.
PLOK! Dengan satu tekanan kencang, dia menempelkan kertas itu di kening Hankyung yang melotot kaget dengan kelakukannya.
Detik berikutnya Heechul tertawa senang. “Tuh lihat. Dia memang milikku, kan? Sudah kulabeli dengan sangat jelas di keningnya. Jadi jangan coba- coba lagi, ya.”
Bukannya marah, yeojya tadi malah menahan tawanya dan langsung menatap lurus kedepan sambil terkekeh geli.
“Ya, kau! Aku diam saja justru agar kau tidak melakukan hal aneh! Tapi malah menekan keningku begitu. Tidak sopan.” Gerutu Hankyung sebal sambil menarik kertas yang baru saja mau terjatuh dari keningnya.
Heechul tertawa geli sambil mengambil kameranya keluar dan mulai merekam wajah kesal Hankyung. “Kalau kau diam, aku akan semakin suka mengerjaimu, Han.” Godanya sambil sok mencubit- cubit lengan Hankyung.
Namja itu menarik tangannya dengan tatapan kesal. “Jangan cubit- cubit! Kau itu kadang suka sekali bersikap seperti yeojya.” Ujarnya sambil menurunkan kamera Heechul dan meletakkannya di atas meja. “Sonsaengnim datang.” Bisiknya.
Heechul langsung duduk menghadap lurus ke depan. Tapi sesekali dia melirik Hankyung yang sudah mulai membuka buku kuliahnya. Senyum tulus terulas di wajah Heechul saat menatap namja itu.
Merasa diperhatikan, Hankyung menoleh kearahnya. “Apa?”
Heechul buru- buru menggeleng. “Kalau ada waktu, kau temani aku, ya?”
Hankyung langsung menatap namja disisinya heran. “Kemana?”
“Nanti kau juga tahu.” Ujar Heechul sambil mengeluarkan buku kuliahnya dari dalam tasnya dan mulai sibuk dengan materi yang diberikan oleh sang sonsaengnim di depan kelas.
0o0o0o0o0o0o0o0
“Teukie hyung, kau lihat Heechul?” Hankyung berjalan masuk ke ruang musik sambil menelengkan pandangannya ke segala arah. Kali saja dia bisa menemukan sosok namja cantik yang selalu mengganggunya dengan banyak lelucon disana.
Leeteuk yang tengah bermain piano langsung diam. “Dia tidak kesini. Terakhir dia bertemu denganku waktu dia merekam permainan pianoku satu minggu yang lalu.” Jawab Leeteuk sambil berdiri dan berjalan menghampiri Hankyung. “Wae?”
Namja Cina itu mengangkat bahunya. “Dia tidak masuk kuliah hari ini. Aku kira dia membolos dan kabur kesini.”
“Eh? Tumben sekali dia tidak masuk kuliah.” Leeteuk langsung mengeluarkan ponselnya.
“Percuma, hyung. Ponselnya juga tidak aktif.” Ujar Hankyung seakan memberi jawaban kepada Leeteuk atas apa yang ingin dilakukannya. “Sudah kuhubungi berkali- kali tapi terhubung ke mail box.”
Leeteuk menatap Hankyung heran. “Mungkin dia memang sedang ingin sendiri. Meski kelihatan periang dan suka tertawa, kalau ada masalah dia sangat suka menyendiri tanpa diganggu siapapun.”
“Dia… Sedang ada masalah?” Hankyung mengerutkan keningnya tak yakin.
Gantian, Leeteuk kali ini yang mengangkat bahunya. “Mungkin. Dia kan tak bisa ditebak. Kelakukan, sifat dan semua yang ada dipikirannya. Si kepribadian 3D itu..” Leeteuk tersenyum kecil saat dia mengatakan hal itu untuk Heechul.
“Aku akan_”
“Ngomong- ngomong, Hankyung.” Leeteuk memotong ucapan Hankyung cepat.
“Eh? Wae?”
“Sebenarnya kau itu menyukai Heechul kan?”
DEGH! Mendengar pertanyaan Leeteuk, Hankyung langsung terdiam. Mematung untuk beberapa saat dengan jantung yang mulai berpacu cepat dan keringat dingin yang mulai keluar dari pori- porinya.
“A-apa sih yang hyung maksudkan?” Elaknya terbata.
“Mengaku saja, kau suka dia. Aku bisa menebaknya.” Leeteuk tersenyum menatap dongsaengnya yang jauh lebih tinggi darinya itu.
“Jangan konyol.” Balas Hankyung. “Kenapa aku harus menyukai seorang namja? Itukan tidak masuk akal dan tidak normal.”
Mendengar jawaban Hankyung, sorot mata Leeteuk berubah datar. “Kau tanya kenapa? Justru aku tak tahu jawabannya. Kalau kau tanya kenapa, jawabannya hanya kau yang tahu.” Balasnya sambil kembali duduk dibalik pianonya dan menatap Hankyung dari sana. “Tapi yang jelas, kau menaruh hati kepada namja itu. Kalau aku jadi kau, aku mungkin akan terjebak di situasi yang sama. Justru aneh kalau kau tak menyukainya.”
Hankyung menatap Leeteuk lekat- lekat. “Jangan konyol hyung. Mungkin aku memang menyukainya, tapi perasaan yang kini kurasakan itu tak wajar. Kau tahu, cinta sesama namja itu_”
“Tidak normal?” Leeteuk kembali memotong sambil mulai menekan tuts pianonya satu persatu. “Yang namanya cinta itu sudah sewajarnya. Tak ada yang tidak wajar. Hanya saja kenyataan berpihak lain kepada kalian. Kau tidak perlu takut untuk mengakuinya, kau seharusnya takut kalau hatimu terus menolaknya. Semakin kau mengelak, maka perasaan itu akan tumbuh semakin dalam. Itu bahaya…” Goda Leeteuk sambil terkekeh santai.
Hankyung kembali diam.
“Wae? Kau kelihatan tak terima dengan ucapanku.”
“Kau sendiri, hyung. Apa yang akan kau lakukan kalau kau terjebak diposisiku?”
Leeteuk menatap dongsaengnya sambil tersenyum tulus. “Pemikiranku dan kau itu tidak sama. Kalau aku terjebak di posisimu dan harus mencintai seorang namja, aku tak akan menolak perasaan itu. Aku yang paling tahu kalau cintaku untuknya itu seperti apa. Aku akan melangkah tanpa memperdulikan ucapan orang lain. Hatiku, masa depanku, kehidupanku, akulah yang menentukan semuanya. Jadi akan kulakukan apapun yang bisa kulakukan, termasuk mencintai orang itu dengan setulus- tulusnya.”
Hankyung agak terpana dengan jawaban yang Leeteuk berikan. “Kau… Terlalu dewasa, hyung.”
“Karena itu kubilang pemikiran kita tidak sama.” Leeteuk menarik nafas sejenak sambil memandang lurus kedepan. Dia kembali tersenyum menatap Hankyung. “Dan kalau kau ingin mendapatkan jawabannya, jangan pernah berpikir seperti aku. Tapi cobalah buka pikiranmu dengan semua kata- kataku dan temukan sendiri jawaban itu dengan hatimu. Dengan begitu, jawaban apapun yang kau temukan, itulah yang akan kau pegang sampai kapanpun.”
Hankyung langsung tersenyum kecil menatap Leeteuk. “Kau memang begitu. Kau tak pernah memberikan jawaban yang kubutuhkan setiap aku bercerita tentang masalahku kepadamu. Tapi… Dengan mendengar semua kalimatmu itu, aku jadi bisa belajar untuk membenahi pemikiranku.”
“Aku ini hyungmu, Hankyung.” Balas Leeteuk santai.
“Nae, hyung. Gomawo sudah memberi pengarahan singkat.” Hankyung beranjak keluar dari ruang musik, tapi dia kembali menoleh menatap Leeteuk. “Jangan- jangan, kau sebenarnya naksir namja juga?”
Mendengarnya, Leeteuk tertawa. “Entah. Tapi sejujurnya, saat ini ada seorang yeojya manis yang sedang kukencani.”
Kedua bola mata Hankyung langsung membulat. “Kau sudah punya yeojya chingu, eh? Dia pasti beruntung sekali mendapatkanmu. Bye, hyung.” Hankyung langsung bergegas meninggalkan Leeteuk yang masih terkekeh mendengar ucapan Hankyung tadi.
Sorot mata namja Cina itu kini yakin. Dia tersenyum penuh keyakinan. Dia kini sudah memantapkan isi hatinya. Nae, dia tak berniat untuk mengelak dan lari lagi dari kenyataan, bahwa hanya ada Kim Heechul dihatinya.
0o0o0o0o0o0o0o0
Ponsel Hankyung berdering kencang saat namja itu tengah mengeringkan rambutnya yang masih agak basah karena sehabis mandi. Dengan segera, disambarnya ponsel yang tergeletak diatas tempat tidurnya itu.
Nama Kim Heechul terpampang jelas.
“Heenim!” Serunya cepat sambil menekan tombol untuk menjawab telepon.
Terdengar suara tawa dari sebrang sana. “Kenapa kau kedengaran kaget begitu? Senang dapat telepon dariku? Aku ini memang calon artis terkenal, ya?” Ucap Heechul percaya diri.
Hankyung langsung duduk di tepi tempat tidurnya. “Kemana saja kau tiga hari ini? Kau bolos dan mematikan ponselmu.”
“Aku ada di rumah orang tuaku selama tiga hari ini. Aku ingin merekam keluargaku, makanya aku kabur dulu dari Seoul.” Namja itu kembali tertawa sendirian. “Ya! Tak kusangka aku akan sangat merindukan suara dan omelanmu, Han.”
Senyum terulas di wajah Hankyung. “Kalau kau merindukan suaraku, kenapa kau tidak langsung kembali ke Seoul? Tidakkah kau berpikir kau juga merindukan wajahku yang tampan ini?”
Heechul langsung tertawa keras.
“Ya! Jangan menertawaiku!”
“Mi-mian! Kau itu, ya… Hanya tiga hari tidak ketemu kenapa langsung berubah narsis begini, sih? Teukie hyung yang mengajarimu, eh?! Yang benar saja! Hahaha~” Heechul masih tertawa geli dan itu membuat Hankyung mengerutkan keningnya kesal.
“Tidak di telepon atau berhadapan langsung, kau selalu membuatku harus mengerutkan keningku. Kalau begini terus aku akan tampak jauh lebih tua dari usiaku yang sebenarnya, nih.” Gerutunya sendirian.
“Yah, memang nyatanya aku jauh lebih baby face daripada kau.” Balas Heechul lagi.
“Aish! Sudahlah! Kau mau apa meneleponku? Kapan kau pulang?”
Sejenak Heechul diam. “Sekarang aku sudah di Seoul. Apa bisa kau menemuiku sekarang?”
“Kau dimana memangnya?”
“Aku kan pernah memintamu untuk menemaniku. Dan sekarang aku mau kau menemaniku.”
“Nae. Karena itu aku tanya, kau dimana?” Ulang Hankyung agak sebal.
Heechul kembali diam sejenak. “Kau akan kaget.” Ucapnya.
“Eh?”
“Aku ada di kuil Myongji yang terletak di atas bukit dekat kampus kita. Disini pemandangannya sangat indah. Kau kesini dan temani aku, ya? Lalu kita minum soju semalaman!” Berikutnya, Heechul langsung mematikan sambungan telepon mereka.
Hankyung menatap ponselnya heran. “Dasar. Selalu sesukanya menutup telepon tanpa bilang apapun. Dia itu tak pernah bersikap serius, ya?”
Dengan segera Hankyung membuka lemari pakaiannya dan mengambil kemeja panjang juga jeans hitam miliknya. “Apa hari ini harus kukatakan?”
0o0o0o0o0o0o0o0
Hankyung masuk ke halaman kuil yang tidak terlalu sepi malam itu. Banyak orang yang ingin melihat pemandangan kota Seoul dari kuil kecil itu.
Beberapa kali Hankyung mengarahkan pandangannya, menatapa setiap namja yang sedang berdiri sendirian, tapi dia tak menemukan sosok Heechul disana. Ponsel namja itu juga kembali dimatikan dan dia tak bisa menghubunginya.
Namja itu memilih jalan ke tepi kuil dan bersandar di pagar sambil menatap lurus ke pemandangan dihadapannya. Lampu- lampu kota dan mobil yang berwarna- warni terlihat bagaikan sekumpulan permata yang berkilau ditengah langit malam.
“Memang sangat indah…” Gumamnya sendirian.
“Memang indah.”
DEGH! Sebuah suara menginterupsi pikiran Hankyung. Namja itu langsung menoleh kearah yeojya yang berdiri disampingnya.
Yeojya berambut hitam panjang yang suaranya sangat dikenalnya.
“Hee…nim?” Panggil Hankyung tak yakin.
Yeojya itu langsung menoleh menatapnya dan ternyata benar tebakan Hankyung. Dia bukan yeojya, dia adalah Kim Heechul. Namja yang sejak tadi dicarinya.
Sekejap, Hankyung mematung menatap namja cantik dihadapannya yang malam itu berpenampilan seperti yeojya pada umumnya. Dia benar- benar kelihatan seperti yeojya dengan senyum lembut yang dipasangnya saat itu.
“Eothokkae? Aku cantik, kan?” Tanya Heechul sambil berputar sekali dan membuat wig panjangnya agak terkibas.
“A-apa- apaan itu? Ke-kenapa kau berpenampilan seperti yeojya? Ka-kau bahkan pakai lipstick tipis?!” Hankyung benar- benar shock dibuat Heechul. Tapi yang terbaca dari sorot matanya bukanlah perasaan jijik, tapi sorot mata terpana akan kecantikan namja yang ada dihadapannya malam itu.
Heechul terkekeh. “Kalau seperti ini, orang tak akan memandang kita dengan aneh.” Heechul kembali menatap lurus kedepan dan mengarahkan kameranya. “Sekali- kali aku ingin mencoba seperti ini.”
Hankyung masih menatap Heechul.
“Kau tidak suka? Kau sama sekali tak bilang kalau aku cantik.” Gerutu Heechul sambil tetap fokus dengan kameranya.
Hankyung hanya menggaruk kepalanya serba salah. “Ja-jangan bicarakan hal itu. Aku masih shock.” Dia kembali mengelak sambil menatap lurus kedepan. “Tumben sekali kau ingin kutemani ditempat ini.”
“Aku tak mau sendirian.” Jawab Heechul cepat.
“Ada apa? Kenapa kau pergi begitu saja? Kau sedang ada masalah?”
“Satu- satunya masalahku adalah kau, Hankyung.” Kali ini namja itu sudah terkekeh meledeknya lagi.
Hankyung menatapnya sebal. “Ya! Kau ini…”
“Eung…” Heechul bergumam sebentar. “Aku memintamu datang karena aku ingin meminta maaf kepadamu.”
“Meminta maaf?” Hankyung menatap Heechul tak yakin. “Ah, kau sedang demam ya? Seumur- umur kau tak pernah meminta maaf kepadaku atas apapun.” Hankyung tertawa sambil menyentuh dahi Heechul.
Namja itu tak beraksi apapun. “Aku serius.”
Mendengar jawaban Heechul, Hankyung diam. “Tumben sekali. Apa benar kau baik- baik saja?”
Senyum terulas diwajah Heechul. “Aku sangat baik- baik saja.” Jawabnya. “Selama di Gangnam, banyak yang kupikirkan. Mulai dari masa depan, sampai hal terkecil yang pernah kualami. Dan pertama yang aku ingat, aku selalu saja meledekmu. Aku rasa itu tidak benar, seharusnya aku bersikap dewasa seperti usiaku. Aku pikir, mungkin kau sering kali sakit hati karena aku. Karena itu aku minta maaf.”
Hankyung terdiam. “Apa benar hanya karena itu?”
“Nae. Memangnya mau karena apa? Karena aku mau mati besok jadinya aku memikirkan semua itu? Tidak, lah.” Heechul kembali terkekeh.
Hankyung langsung menghela nafas. “Sejujurnya, kau memang suka membuatku kesal. Ledekanmu atau ketidak seriusanmu kadang membuatku jengkel. Tapi sedikitpun aku tak pernah sakit hati karena semua tingkahmu. Terkadang meski kesal, aku justru sangat suka melihat kelakuan konyolmu itu.” Jawabnya sambil menatap kelangit luas. “Kau orang yang jauh lebih menyenangkan daripada bintang.”
“Ya! Bintang kan tidak menyenangkan. Dia hanya diam tak bergerak kemanapun dan hanya terlihat saat malam.” Protes Heechul.
“Karena itu ku bilang kau lebih menyenangkan dari pada bintang. Karena kalau melihatmu aku merasa seakan ada bintang lainnya dihadapanku. Bintang yang berbeda yang bisa melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memperdulikan sekitarnya. Yang bisa kulihat kapanpun, tanpa menunggu malam tiba.” Ucapnya sambil mengusap kepala Heechul lembut.
Heechul memandangi Hankyung aneh. “Tapi… Kalau misalkan nanti aku berubah jadi bintang, itu artinya aku akan berubah dimatamu, kan?”
“Kau akan menjadi bintang paling cantik dan terang diantara semua bintang.” Goda Hankyung.
“Cih, aku digombalin namja.” Heechul terkekeh sambil menatap lurus kedepan. Seandainya Hankyung melihatnya, saat ini rona wajahnya berubah merah. Dan jantungnya seakan ingin melompat keluar karena bahagia.
Sejenak keheningan melanda keduanya.
“Jika aku diberi kesempatan untuk memulainya sekali lagi…” Heechul menengadah menatap langit. “Akankah lebih baik kalau aku dilahirkan menjadi seorang yeojya dan bertemu denganmu.”
“Maksudmu?”
Heechul hanya menggeleng sambil tersenyum. “Karena untukmu, aku adalah bintang. Bagiku, kau itu jauh seperti matahari.”
SRET! Dengan cepat Heechul menarik tangan Hankyung dan mencium bibir namja itu sekilas.
Hankyung melotot shock.
“Kalau aku menciummu dalam penampilan seperti ini, orang juga tak akan aneh menatap kita.” Senyumnya terulas lembut. “Gomawo, Hannie.” Bisiknya kemudian.
0o0o0o0o0o0o0o0o0
~Hankyung pov~
Malam itu bagaikan mimpi. Mimpi yang selama ini aku tunggu untuk menjadi nyata. Bodohnya, ketika mimpi itu terjadi di depan mataku, aku hanya bisa mematung shock memandanginya. Aku tak bisa bicara apapun. Mulutku terkunci, tubuhku kaku, aku namja yang menyedihkan.
Aku bahkan hanya mematung saat melihat Heechul pergi begitu saja meninggalkanku.
Dia tak mengucapkan apapun. Dia hanya tersenyum.
Aiish!!!
Dan ketika aku ingin mengutarakan semua isi hatiku kepadanya, dia menghilang. Selama tujuh hari ini aku tak lagi melihatnya. Ponselnya kembali dimatikan. Apartemennya kosong tak ada kejelasan.
Dia menghilang…
Kubalik buku kuliahku tanpa minat di kantin kampus. Sendirian…
Sesekali aku hanya bisa menghela nafas sambil melirik ke segala arah. Berharap tiba- tiba kulihat namja cantik itu berlari sambil mengarahkan kameranya kearahku dan membuat lelucon- lelucon yang menyebalkan.
Kuakui, aku sangat merindukannya. Naega neomo pogoshippoyo…
Kau menghilang seperti ini, membuatku kacau.
“Hankyung…”
Aku langsung menoleh begitu kudengar suara Teukie hyung memanggilku. Namja itu tengah berdiri dibelakangku dan menepuk pundakku. Raut wajahnya datar dan tanpa emosi. Matanya agak sembab.
Wae?
“Nae, hyung? Gwaenchana?”
GREB! Tanpa aba- aba Teukie hyung memelukku.
“Hyu-hyung?”
“Kau… Harus tegar.” Bisiknya pilu.
“Mworago? Waeyo gudhae?”
“Heechul…” Suaranya berubah jadi isakan kecil.
Heenim?
“Heechul sudah pergi meninggalkan kita ke langit.”
JGER!!! Saat itu aku bagaikan tersambar petir. Aku bagaikan kaku. Telingaku terasa tuli. Mulutku seakan bisu. Aku tak tahu. Otakku terasa kosong.
Teukie hyung melepaskanku. “Tadi aku dipanggil sonsaengnim. Di ruangnnya, aku bertemu dengan kakak perempuan Heechul, Kim Heejin. Dia sudah menceritakan semuanya kepadaku. Selama ini, Heechul menyembunyikan sakitnya dari kita. Sesungguhnya dia terkena penyakit leukemia akut.” Namja itu membekap mulutnya dan kembali menangis.
Kkajimael…
“Aku sama sekali tak tahu… Dia tak terlihat sakit sama sekali…”
Kkajimael…
“Aiish… Heechullie…”
“KKAJIMAEL!!” Aku berdiri sambil menatap Teukie hyung tak percaya. “Dimana?! Dimana yeojya itu?!”
“Hankyung, tenangkan dirimu!”
“Ani!! Aku harus bertemu dengannya! Dia di ruang sonsaengnim, kan?!” Dengan segera aku berlari meninggalkan Teukie hyung begitu saja. Meski kudengar dia memanggilku, aku tak menoleh.
Jantungku berdegup keras. Sakit… Hampa… Luka…
ITU TAK MUNGKIN!! Ini semua tak benar!!
BRUKH! Kakiku tersandung sesuatu dan aku sempat terjatuh.
“Aishh…” Tanpa banyak bicara aku langsung kembali berlari menuju ruang sonsaengnim. Kulihat seorang yeojya keluar dari ruangan itu. Matanya agak sendu. Kelihatan jelas kalau dia sedang diliput kesedihan. “Ki-Kim Heejin?!”
Yeojya itu mengangkat wajahnya dan menatapku. Kami berdiri berhadapan dan dia menatapku shock. “Ka-kau… Hankyung-sshi?”
Dia kenal aku?!
0o0o0o0o0o0o0o0o0
-Kim Heechul, adikku. Sebenarnya sudah hampir tiga tahun ini dia mengidap leukemia akut. Sampai detik ini tak ada donor sum- sum tulang belakang yang tepat untuknya. Dia berjuang hidup seorang diri dan tak pernah memberitahukan kepada siapapun tentang penyakitnya.
Hanya kami sebagai keluarganya yang tahu.
Dia sangat ceria, sehat dan menyenangkan. Tak akan ada satupun orang yang percaya kalau di dalam tubuhnya tengah bersarang penyakit mematikan dan dia tengah berjuang sendirian diantara hidup dan mati.
Dia sempat koma lima hari yang lalu, sebelum akhirnya dia benar- benar meninggalkan kami hari berikutnya.
Melihatmu, aku sudah tahu siapa kau. Adikku, menitipkan sesuatu untukmu…-
.
Aku mematung di depan layar tv di kamarku. Memegang sebuah CD yang terbungkus rapih. CD yang diberikan oleh Kim Heejin tadi pagi di kampus. Tak ada emosi dalam hatiku. Aku hanya merasa hampa.
Terus berpikir kalau ini semua hanya mimpi. Ketika aku terbangun, aku akan melihatnya lagi. Melihat namja yang kucintai itu.
Tapi ini bukan mimpi!!
Dengan langkah goyah aku berjalan menuju tv dan memasukan CD itu ke CD-player yang kumiliki. Layar hitam itu mulai memunculkan beberapa siluet gambar yang tidak asing bagiku.
PLITS! Tv itu tiba- tiba menyala terang dan berubah gelap.
Samar namun pasti, aku mendengar suara dentingan piano yang pernah dimainkan Teukie hyung dulu, dan gambar namja itu perlahan muncul. Benar… Itu adalah hari dimana Heechul merekam Teukie hyung yang bermain piano dulu.
Ada tulisan dibawahnya…
Kim Leeteuk, ruang musik Myongji university. Aku suka semua lagunya. Aku suka semua permainan pianonya. Kuharap dia bisa jadi pianis hebat. Teukie hyung, saranghae.
TES~ Perlahan air mataku menetes.
Gambar itu berubah menjadi sebuah bangunan megah. Kampusku…
Myongji university, jika saja aku punya banyak waktu. Aku ingin sekali mengajar di universitas ini. Pasti akan menyenangkan.
Heenim…
Gambar berikutnya, adalah aku… Hanya ada aku… Hanya aku yang ada di video itu…
Semua kegiatanku yang selalu direkamnya. Semua aktivitasku yang direkam olehnya selama ini. Hanya ada aku. Dia hanya menatap kearahku. Video yang diambil dengan mata Heechul, kenapa terlihat sangat menyesakkan dimataku?
“Aiish~” Aku membekap wajahku dan terisak pelan. “Pabboya~ Jeongmal pabboya~”
“Tes? Tes? Apa videonya menyala?”
DEGH?! Aku langsung mengangkat wajahku. Kini layar tv itu memutar video Heechul yang duduk di sebuah ruangan. Dia terlihat agak canggung dan merapihkan rambut hitam sebahunya.
“Eh? Aku terlihat bagus tidak, sih? Ah, pasti bagus! Aku kan memang cantik.” Dia tertawa sendirian. “Nae, Tan Hankyung! Kau menontonnya, kan? Ah, kau harus nonton. Kalau tidak, akan kuhajar kau!” Dengan sok, dia mengangkat kepalan tangannya.
Apa yang dia lakukan?
“Apa sih yang aku lakukan? Cih.”
Aku tersenyum kecil menatapnya. Lucu sekali tingkahnya.
“Eung… Sebenarnya aku tak tahu mau bicara apa. Banyak yang mau kukatakan padamu, tapi saat aku merekamnya sekarang, semua justru hilang. Aish! Aku pabbo sekali! Untung aku sudah buat daftarnya!” Dia menarik sebuah kertas dan jalan menuju kamera. “Bisa kau baca? Ah, pasti sulit. Aku mau membacakannya, tapi aku malu.” Gerutunya sambil duduk di kursi tadi lagi.
Keheningan terjadi selama beberapa detik.
“Hannie… Mungkin saat kau menonton ini, kau sudah tahu apa yang aku rasakan. Aku tak perlu mengatakan banyak hal padamu karena kau sudah tahu segalanya. Tentang penyakitku, juga tentang hatiku. Aku hanya ingin meminta maaf…” Suaranya terdengar parau.
“Aku tak bisa bilang! Sial!” Heechul langsung menengadah sambil mengangkat tangannya. Sepertinya dia ingin menahan tangisnya. Dia langsung menghilang selama beberapa detik. Yang terdengar hanya suara berisik.
Ada apa?
“Tada!!” Detik berikutnya dia muncul sambil mengenakan wig yang dulu dipakainya. “Kalau seperti ini jauh lebih mudah!” Serunya senang sambil berlenggak- lenggok aneh di depan kamera.
“Kau jahat. Padahal aku harap kau bilang aku cantik saat menjadi yeojya. Tapi kau malah meledek dan diam saja melihatku. Heya! Ayo katakan kalau aku ini cantik!” Dia menunjuk kearah kamera sambil tertawa riang.
“Kau… Cantik…” Bisikku tak kuat.
Kau yang paling cantik…
“Kenapa takdir mempermainkan kita, ya?” Kini Heechul duduk tenang. “Tiga tahun yang lalu saat aku tahu aku terkena penyakit ini, aku sempat menyerah. Tapi satu tahun yang lalu, aku bertemu denganmu. Bertemu dengan orang yang membuat hariku jadi menyenangkan. Aku rasanya ingin hidup sedikit lebih lama. Meski hanya sekali, aku ingin merasakan kebahagiaan mencintai orang lain.”
Air mataku kembali menetes…
“Tapi aku takut…” Suaranya berubah parau lagi dan dia menunduk. “Aku tak berani mengatakannya. Aku takut sekali dengan perasaan ini. Kau tahu aku namja, dan kau namja. Kita tak mungkin bersama. Aku sangat takut jika kau tahu perasaanku, kau akan pergi. Tapi aku tak bisa terus menahannya. Setiap memikirkan hal ini aku jadi sakit.” Heechul menekan dadanya dan menatap ke kamera sambil menetesan air matanya. “Hatiku sakit…”
Kubekap lagi mulutku agar tidak terisak. Heenim…
“Padahal hidupku tak lama lagi, tapi aku malah terkena dilema begini. Cih! Kenapa juga aku menangis?! Memalukan!” Heechul menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. “Akhirnya kuputuskan untuk merekam semua kegiatanmu. Aku suka melihatmu marah- marah atau kesal karena kelakuanku. Sangat menyenangkan.”
Aku juga suka sekali dengan semua leluconmu… Meski kadang menyebalkan.
“Saat aku tahu sebentar lagi saatnya, aku ingin kau tahu semuanya. Akhirnya aku membuat CD ini. Aku tahu Heejin noona akan menyerahkannya kepadamu, karena kadang aku menceritakan tentangmu kepadanya.” Air matanya kembali menetes.
Aku sudah tahu… Sekarang aku sudah mengerti semuanya…
“Jika saja aku diberi kesempatan memilih.. Aku ingin sehat. Aku ingin terlahir lagi tanpa penyakit apapun. Dan yang paling kuinginkan, aku sangat ingin terlahir menjadi seorang yeojya dan sekali lagi bertemu denganmu. Meski hanya sekali, aku pasti akan langsung mencintaimu. Jika aku adalah yeojya, maka dengan mudahnya aku boleh mencintaimu. Tak akan ada halangan yang menyakitkan ini…”
Sekalipun kau namja, kau tetap boleh mencintaiku!
“Meski hanya sebentar. Aku ingin diingat sebagai Kim Heechul yang sempat memberikan kebahagiaan untukmu. Jangan pernah melupakanku. Kau yang bilang aku adalah bintangmu, jadi kalau kau melupakanku, maka kau akan kehilangan arah.” Dia tersenyum.
Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa melihat bintang lain selain dirimu atau tidak…
“Untuk terakhir kalinya, izinkan aku sekali saja mengucapkannya. Hanya sekali saja, aku tak akan mengatakannya lagi jika kau berpikir ini menjijikan. Hannie… Saranghae…” Air mata mengalir dari sudut matanya.
ZLEB! Hatiku bagaikan ditusuk pisau.
Perlahan gambarnya memudar dan menghilang. Video itu sudah selesai…
Aku menunduk sambil menutup wajahku. Air mataku tak bisa berhenti. Hatiku sesak sekali, sakit, benar- benar sakit, rasanya ini jauh lebih menyakitkan dibanding kematian. Ini terlalu menyakitkan untuk kurasakan.
Semua ucapanya tadi, terus berputar dikepalaku.
“Aishh… Sial…” Isakku pilu.
Kim Heechul! Kenapa aku terlalu bodoh?! Kenapa aku harus takut mengatakan isi hatiku kepadamu? Kenapa sebagai namja aku tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
SARANGHAE!!!
Ingin kuteriakkan kalau aku teramat mencintaimu!!
Tapi terlambat…
Kau bilang kau akan mengatakannya sekali saja, kan? Ani! Kau boleh mengatakannya seratus kali, seribu kali, berapa kalipun sampai hatimu puas karena sedikitpun aku tak merasa jijik terhadap kata- kata itu.
Aku juga sama denganmu…
Tuhan! Kenapa harus seperti ini? Kenapa takdir yang mengikat kami sangat menyedihkan? Tidakkah Kau berpikir ini terlalu kejam untuk kami?! Kenapa Kau mengikat kami dengan hubungan yang seperti ini?!
Akan jauh lebih mudah kalau dia terlahir sebagai seorang yeojya. Tapi seperti apapun sosoknya, aku akan tetap mencintainya!
Kim Heechul…
Kim Heechul…
Sekali lagi… Aku ingin mendengar tawamu. Aku ingin melihatmu tersenyum di depanku. Meski hanya sekali saja, aku ingin memelukmu, menggandeng tangamu, mencium bibirmu, meski hanya sekali, aku ingin mengatakan kalau aku mencintaimu dan selamanya ingin bersama denganmu.
Hanya sekali saja… Kumohon hanya sekali saja apa kau tak bisa kembali kesini…?
Sekali lagi… Izinkan aku mengucapkannya secara langsung kepadamu.
Jeongmal saranghaeyo… Neomo neomu johahae… Kim Heechul…
.
~Fin~
=====================================================
a/n ::
OKE!
Hanchul Shipper!! jangan demo thena, yaa… hhaha