Archive | October 26, 2011

Once Again

Once Again

.

Pairing :: HanChul

Rated :: K

Genre :: Angst/Romance

.

“Heya, Cina! Coba lihat kesini!” Heechul terkekeh sendirian sambil mengarahkan sebuah handy cam kearah Hankyung yang tengah sibuk dengan tumpukkan buku kuliahnya yang tebal- tebal. “Aisshh… Ayolah~”

Hankyung tak mau memperdulikan Heechul sedikitpun. Sorot mata tajamnya, tetap fokus pada buku- buku dihadapannya yang seakan sudah lelah ditatapnya.

“Hankyung chagiya~” Kini Heechul mulai merengek.

“Ya! Berhenti memanggilku begitu!” Seru Hankyung akhirnya sambil mendelikkan satu alisnya kesal. Tapi raut kesal itu hanya sebuah tipuan. Sejujurnya saat itu jantungnya langsung berdegup tak karuan.

Heechul kembali terkekeh dan merekam gambar Hankyung.

“Ya, Kim Heechul! Berhenti!” Namja itu akhirnya berdiri dan menurunkan handy cam ditangan Heechul yang terus diarahkan kepadanya. “Bisa tidak kau berhenti merekam gambarku?”

“Tidak bisa.” Heechul memiringkan kepalanya masa bodoh. “Lagipula aku tak mencuri, kok. Aku kan mengambilnya secara jelas di depan wajahmu.” Namja cantik itu kembali mengangkat handy cam-nya dan mulai merekam Hankyung lagi.

Namja berkebangsaan Cina di hadapan Heechul akhirnya menghela nafas. Menyerah.

Sejak dulu, sampai sekarang, setidaknya sejak dia mulai mengenal Heechul satu tahun yang lalu, dia memang tak pernah menang kalau berdebat dengan Heechul. Pada akhirnya dia yang selalu mengalah dengan segala kelakuan Heechul.

“Ah, tak seru. Kenapa diam? Kau tak bisa melawanku lagi, eh?” Goda Heechul sesukanya.

“Bawel kau. Lakukan sesukamu.” Hankyung kembali duduk.

“Eh, serius? Kalau kau bilang lakukan sesukamu aku akan melakukan semuanya sesukaku. Ayo buka kemejamu!” Kali ini Heechul menunjuk Hankyung seakan memberi perintah dengan senyum licik di wajahnya.

Hankyung kembali menatap Heechul. “Hah?”

“Kan katanya lakukan sesukaku, aku mau kau membuka kemejamu!”

“Dasar aneh!” Hankyung mengambil bukunya dan langsung memukul kepala Heechul dengan buku tebalnya sambil cemberut. “Kau itu selalu mengartikan kata- kataku sesukamu, ya? Apa isi otakmu tak ada yang lain selain membalikkan kata- kata orang lain?”

Heechul tertawa semakin geli. “Tidak ada. Di otakku hanya terisi sel- sel yang kugunakan untuk berpikir.”

Lagi- lagi namja cantik itu membalikkan kata- kata Hankyung.

“Aishh.. Capek aku kalau meladenimu. Tak akan pernah ada habisnya.” Hankyung menyerah dan menutup semua buku di mejanya. Dia menepuk kursi disisinya sambil menunjuk Heechul. “Sini, sini, aku mau bicara serius.”

Sambil menyimpan video yang baru saja diambilnya, Heechul duduk disisi Hankyung. “Apa?”

GREB! Dengan satu gerakan, Hankyung langsung memeluk tubuh Heechul. Tentu saja namja cantik itu langsung melotot shock diperlakukan begitu.

“Ya, Cina! Apa yang kau lakukan?!” Serunya panik dengan wajah memerah.

Hankyung gantian terkekeh. “Kalau tidak dibeginikan, kau benar- benar tak akan bisa diam.” Ujarnya sambil mengeratkan pelukannya.

“Lepaaas! Sesak tahu!”

“Berjanji dulu. Kau harus diam. Jangan balikkan semua kalimat yang kuucapkan. Arra?”

“Jyah! Perjanjian apa itu? Aku kan memang begini? Jangan salahkan aku, dong. Salahkan sel- sel di otakku yang selalu bisa membalikkan semua kata- katamu.” Heechul semakin meronta kesal dengan kelakukan Hankyung. Pasalnya, saat ini jantungnya berdegup kencang sudah.

Hankyung meniup helaian rambut diatas kepala Heechul. “Mulai lagi, kan…”

“Nae.. Nae! Aku janji!!” Serunya gusar.

Hankyung langsung melepaskan tubuh Heechul karena dia juga sudah tak kuat menahan Heechul yang meronta- ronta semakin kuat. “Awas saja kau..” Namja itu terkekeh.

“Aku hanya janji untuk hari ini.” Heechul langsung mehrong.

Mendengar ucapan namja cantik itu, Hankyung membulatkan matanya kesal. “Ya! Jangan hari ini saja! Aku mau seterusnya!”

“Masa bodoh. Siapa kau, berani mengaturku?” Dengan langkah ringan, Heechul langsung berlari meninggalkan Hankyung yang hanya bisa geleng- geleng.

Namja Cina tampan itu langsung kembali membuka buku kuliahnya. “Dasar si Kim Heechul itu.”

0o0o0o0o0o0o0o0o0

“Sedang apa?” Leeteuk, beringsut mendekati Heechul yang tengah duduk di pojok ruang musik. Heechul adalah mahasiswa seni desain 3D, jadi tidak mungkin dia sibuk di ruang musik sendirian. Sedangkan Kim Leeteuk, dia mahasiswa di fakultas musik modern.

Heechul menoleh sekilas kearah hyung-nya itu. “Aniyo, hyung. Hanya melihat hasil video.”

Leeteuk ikut melihat ke arah handy cam yang ada ditangan Heechul. “Eh? Kau merekam kampus kita?” Tanyanya heran.

Heechul hanya mengangguk kecil sambil tersenyum tipis.

“Apa ada tugas presentasi?” Tanya Leeteuk lagi.

Heechul menggeleng sambil mematikan handy cam-nya dan bersandar di tembok. “Tidak ada. Aku hanya mau merekam berbagai hal yang aku suka.” Namja itu langsung kembali mengarahkan handy cam-nya kearah Leeteuk. “Hyung, main piano. Aku akan merekamnya.”

Mendengar permintaan Heechul, Leeteuk tertawa. “Jadi kau suka saat aku main piano?”

“Yah, tidak juga sih. Permainan pianomu itu kan tidak bagus.” Heechul kembali meledek Leeteuk sambil terkekeh.

Diledek begitu, namja cantik dihadapannya cemberut. “Kau mau kudepak dari ruangan ini, eh?” Ancamnya.

“Ya! Begitu saja marah. Aku kan bercanda. Ayo main, akan kurekam. Aku bercanda, kok.” Heechul menatap Leeteuk sambil tersenyum. “Hyung kan pianis berbakat.” Lanjutnya.

Leeteuk langsung berdiri dan berjalan menuju grand piano putih yang berada di tengah- tengah ruang musik. Dia duduk di kursinya dan membuka penutup piano itu. “Rekam yang bagus. Karena lagu ini kupersembahkan khusus untukmu, Heechul.”

Sejenak, Heechul hanya memandangi Leeteuk datar. Tapi detik berikutnya dia tersenyum. “Nae. Ini akan menjadi salah satu kenangan yang terbaik nanti.” Ujarnya sambil mengarahkan handy cam itu kearah Leeteuk yang mulai bermain piano.

Keheningan diantara keduanya muncul. Hanya dentingan piano yang lembut yang mengisi setiap bagian di dalam ruangn itu. Dentingan piano yang harmonis dan lembut itu mengalun perlahan namun pasti.

Tiba- tiba mata Heechul mulai berkaca- kaca. Namun namja itu buru- buru menggelengkan kepalanya kuat dan kembali fokus.

GREEK~

“Hee_”

Hankyung yang baru masuk ke dalam ruangan itu langsung membisu saat melihat pemandangan dihadapannya. Matanya tertuju pada Heechul yang berdiri agak jauh dari Leeteuk. Berdiri dalam diam.

Heechul…?” Hanya itu yang bisa diucapkan hatinya

TING~ Leeteuk menekan tuts terakhir di piano itu dan menatap kearah Hankyung sambil tersenyum.

“Kenapa diam di pintu, Hankyung?”

“Ah…” Perlahan Hankyung berjalan masuk. “Aku hanya tak mau mengacaukan harmonisasi yang tadi terasa di ruangan ini.” Namja itu melirik Heechul yang tengah sibuk menyimpan video yang tadi diambilnya. “Ya, Heenim. Sebentar lagi kelas kita dimulai.”

“Nae… Nae…” Heechul beranjak ke tempatnya tadi duduk dan menarik ranselnya sambil memasukan kameranya ke dalam tas.

“Dia benar- benar hobi merekam apapun.” Gumam Hankyung.

Leeteuk tertawa kecil mendengar keluhan Hankyung. Bagaimanapun juga, namja itu sangat tahu penderitaan Hankyung yang menjadi objek tetap sasaran kamera milik Heechul. “Biar saja, hitung- hitung kau bisa jadi selebritis di komputernya karena saking banyaknya videomu disana.”

“Ah, aku kesal tahu, hyung. Aku tak dapat bayaran.” Balas Hankyung sambil terkekeh.

Heechul mendelik menatap namja Cina itu. “Kau mau kubayar? Akan kubayar pakai tubuhku.” Ucapnya tanpa pikir panjang sambil berjalan melewati Hankyung begitu saja dan meninggalkan dua namja yang melongo.

“Tuh, kan! Hyung lihat sendiri kan, ucapannya kalau bicara denganku? Apapun yang ada diotaknya semua dikeluarkan. Dasar!” Hankyung hanya bisa mengomel. “Sampai nanti, hyung! Heenim! Tunggu aku. Sudah bagus kau kupanggil!” Namja itu segera berlari keluar dari ruang musik meninggalkan Leeteuk.

Leeteuk yang masih duduk di depan piano kembali menekan tuts- tuts piano itu sambil tertawa kecil mengingat kelakuan Heechul dan Hankyung tadi. “Keduanya itu sama- sama suka, kenapa tidak mengakuinya saja?” Gumamnya sendirian.

.

“Kau itu…” Hankyung geleng- geleng sambil menyamakan langkahnya disisi Heechul.

“Apaan?” Balas Heechul santai.

“Bisa tidak kalau bicara denganku sama seperti saat kau bicara dengan Teukie hyung? Jangan santai dan tanpa pikir panjang begitu.” Hankyung agak cemberut menatap Heechul yang sudah kembali tertawa kecil. “Aku serius. Bisa tidak kau bersikap serius?”

“Ayolah, Hannie~ Kapan sih aku bersikap tidak serius kalau bersama denganmu?” Tanya Heechul sambil menatap namja disisinya.

Hankyung gantian menatap lurus kedepan. “Kau bahkan tak pernah bersikap serius kalau denganku.”

“Tepat!” Heechul langsung menepuk tangannya dan tanpa pikir panjang ia merangkul lengan namja bertubuh agak kekar disisinya. Karena wajahnya yang terhitung cantik, kalau ada orang yang lihat mereka justru seperti pasangan kekasih normal.

Hankyung menatap namja disisinya sambil mengerutkan kening. Ingin sekali dia menarik lengannya, tapi dia juga tak mau melakukannya.

“Kalau denganmu, aku ingin menjadi apa yang aku inginkan. Aku tak ingin bersikap serius, aku tak ingin jadi namja yang membosankan, aku ingin selalu menggodamu karena itu sangat menyenangkan.” Heechul tersenyum tipis sambil menerawang lurus kedepan. “Jadi jangan suruh aku untuk tidak bersikap seperti ini, karena aku tak akan berubah. Hanya disisimu saja aku ingin seperti ini.”

Mendengar kalimat panjang Heechul, Hankyng hanya diam.

Lagi- lagi dia tak bisa membalas ucapan namja itu. Lagi- lagi dia kalah kalau berada disisinya.

“Tapi akan aku coba… Meski hanya sekali. Aku juga ingin mencoba menjadi namja yang baik kalau denganmu, kok. Bener, deh.” Heechul melepaskan tangan Hankyung dan menatap namja yang tingginya tak terlalu jauh dengannya itu.

Hankyung mengerutkan keningnya tak yakin. “Kapan?”

“Hmm… Mungkin di kehidupan selanjutnya… Atau seribu tahun yang akan datang.” Heechul langsung tertawa kencang dan berjalan cepat- cepat meninggalkan Hankyung.

Sedangkan namja Cina dibelakangnya hanya kembali menghela nafas mendengar leluconnya itu. “Kapan mau serius, kalau setiap hari yang terdengar darinya itu hanya lelucon- leluconnya.” Gerutunya sambil berlari kecil mengejar Heechul yang sudah jauh.

0o0o0o0o0o0o0o0

Hankyung melirikkan matanya kesegala arah dengan raut wajah heran. Sesekali namja tampan itu melirik jam tangannya dan kembali menelengkan kepalanya melihat sekelilingnya. Tak kadang pula Hankyung mengambil ponselnya dan mulai sibuk mengirim pesan dengan tampang resah.

“Waeyo?” Seorang teman sekelasnya langsung menoleh menatapnya dari kursi depan. “Kau kelihatan resah sekali. Apa karena Heechullie belum datang?” Tanya yeojya itu.

Hankyung mengangguk. “Tak biasanya dia terlambat.”

“Dia tidak terlambat kan karena kau selalu menjemputnya kalau kelas mau dimulai.” Yeojya itu menarik tasnya dan duduk disamping Hankyung, di tempat dimana biasanya diisi oleh Heechul. “Aku disini, ya?”

“Eh, tapi kalau nanti Heechul datang, kau akan di usir loh.”

Yeojya itu menarik bibirnya menjadi agak cemberut. “Dia itu kenapa bersikap begitu, sih? Padahal aku ini kan yeojya, tapi sedikitpun dia tak mau bersikap manis kepadaku. Kalau aku bicara dikit denganmu, dia langsung mengarahkan sorot mata tajamnya kearahku.”

Mendengar pengakuan yeojya itu Hankyung hanya tersenyum kecil.

“Ya, itu jelas karena Hankyung itu MURNI milikKU.” Sebuah suara dengan dua tekanan di dua kata itu membuat Hankyung dan si yeojya menoleh kesamping. Menatap Heechul yang sudah berdiri sambil berkacak pinggang.

Yeojya itu segera berdiri. “Kau dengar, eh?”

“Saat aku ke dokter, dokter bilang indera pendengaranku ini masih berfungsi sangat baik. Dengan kata mudahnya, aku-tidak-tuli.” Dengan gaya soknya, namja tinggi itu mengibas- ngibaskan tangannya ke arah si yeojya dengan ekspresi malas. “Hush-hush-“

“Ya, Kim Heechul! Itu benar- benar tidak sopan! Bagaimana kau bisa dapat istri kalau sikapmu begitu?” Dengan menghentakkan kaki, si yeojya kembali menarik tasnya dan duduk di tempatnya yang semula.

Heechul duduk di kursinya sambil terkekeh. “Memangnya aku perduli? Dapat istri atau tidak dapat kan itu tak ada hubungannya dengamu. Yang penting sekarang, si Cina jelek ini murni milik Kim Heechul seorang.” Heechul menyeringai menatap Hankyung yang sejak tadi diam tak mau ikut berdebat.

Yeojya itu semakin cemberut. “Jangan mengklaim orang lain dengan hakmu.”

“Dia ini memang milikku.” Heechul langsung menulis sesuatu di atas kertas dan merobek kertas itu kecil sambil menyeringai jahil.

PLOK! Dengan satu tekanan kencang, dia menempelkan kertas itu di kening Hankyung yang melotot kaget dengan kelakukannya.

Detik berikutnya Heechul tertawa senang. “Tuh lihat. Dia memang milikku, kan? Sudah kulabeli dengan sangat jelas di keningnya. Jadi jangan coba- coba lagi, ya.”

Bukannya marah, yeojya tadi malah menahan tawanya dan langsung menatap lurus kedepan sambil terkekeh geli.

“Ya, kau! Aku diam saja justru agar kau tidak melakukan hal aneh! Tapi malah menekan keningku begitu. Tidak sopan.” Gerutu Hankyung sebal sambil menarik kertas yang baru saja mau terjatuh dari keningnya.

Heechul tertawa geli sambil mengambil kameranya keluar dan mulai merekam wajah kesal Hankyung. “Kalau kau diam, aku akan semakin suka mengerjaimu, Han.” Godanya sambil sok mencubit- cubit lengan Hankyung.

Namja itu menarik tangannya dengan tatapan kesal. “Jangan cubit- cubit! Kau itu kadang suka sekali bersikap seperti yeojya.” Ujarnya sambil menurunkan kamera Heechul dan meletakkannya di atas meja. “Sonsaengnim datang.” Bisiknya.

Heechul langsung duduk menghadap lurus ke depan. Tapi sesekali dia melirik Hankyung yang sudah mulai membuka buku kuliahnya. Senyum tulus terulas di wajah Heechul saat menatap namja itu.

Merasa diperhatikan, Hankyung menoleh kearahnya. “Apa?”

Heechul buru- buru menggeleng. “Kalau ada waktu, kau temani aku, ya?”

Hankyung langsung menatap namja disisinya heran. “Kemana?”

“Nanti kau juga tahu.” Ujar Heechul sambil mengeluarkan buku kuliahnya dari dalam tasnya dan mulai sibuk dengan materi yang diberikan oleh sang sonsaengnim di depan kelas.

0o0o0o0o0o0o0o0

“Teukie hyung, kau lihat Heechul?” Hankyung berjalan masuk ke ruang musik sambil menelengkan pandangannya ke segala arah. Kali saja dia bisa menemukan sosok namja cantik yang selalu mengganggunya dengan banyak lelucon disana.

Leeteuk yang tengah bermain piano langsung diam. “Dia tidak kesini. Terakhir dia bertemu denganku waktu dia merekam permainan pianoku satu minggu yang lalu.” Jawab Leeteuk sambil berdiri dan berjalan menghampiri Hankyung. “Wae?”

Namja Cina itu mengangkat bahunya. “Dia tidak masuk kuliah hari ini. Aku kira dia membolos dan kabur kesini.”

“Eh? Tumben sekali dia tidak masuk kuliah.” Leeteuk langsung mengeluarkan ponselnya.

“Percuma, hyung. Ponselnya juga tidak aktif.” Ujar Hankyung seakan memberi jawaban kepada Leeteuk atas apa yang ingin dilakukannya. “Sudah kuhubungi berkali- kali tapi terhubung ke mail box.”

Leeteuk menatap Hankyung heran. “Mungkin dia memang sedang ingin sendiri. Meski kelihatan periang dan suka tertawa, kalau ada masalah dia sangat suka menyendiri tanpa diganggu siapapun.”

“Dia… Sedang ada masalah?” Hankyung mengerutkan keningnya tak yakin.

Gantian, Leeteuk kali ini yang mengangkat bahunya. “Mungkin. Dia kan tak bisa ditebak. Kelakukan, sifat dan semua yang ada dipikirannya. Si kepribadian 3D itu..” Leeteuk tersenyum kecil saat dia mengatakan hal itu untuk Heechul.

“Aku akan_”

“Ngomong- ngomong, Hankyung.” Leeteuk memotong ucapan Hankyung cepat.

“Eh? Wae?”

“Sebenarnya kau itu menyukai Heechul kan?”

DEGH! Mendengar pertanyaan Leeteuk, Hankyung langsung terdiam. Mematung untuk beberapa saat dengan jantung yang mulai berpacu cepat dan keringat dingin yang mulai keluar dari pori- porinya.

“A-apa sih yang hyung maksudkan?” Elaknya terbata.

“Mengaku saja, kau suka dia. Aku bisa menebaknya.” Leeteuk tersenyum menatap dongsaengnya yang jauh lebih tinggi darinya itu.

“Jangan konyol.” Balas Hankyung. “Kenapa aku harus menyukai seorang namja? Itukan tidak masuk akal dan tidak normal.”

Mendengar jawaban Hankyung, sorot mata Leeteuk berubah datar. “Kau tanya kenapa? Justru aku tak tahu jawabannya. Kalau kau tanya kenapa, jawabannya hanya kau yang tahu.” Balasnya sambil kembali duduk dibalik pianonya dan menatap Hankyung dari sana. “Tapi yang jelas, kau menaruh hati kepada namja itu. Kalau aku jadi kau, aku mungkin akan terjebak di situasi yang sama. Justru aneh kalau kau tak menyukainya.”

Hankyung menatap Leeteuk lekat- lekat. “Jangan konyol hyung. Mungkin aku memang menyukainya, tapi perasaan yang kini kurasakan itu tak wajar. Kau tahu, cinta sesama namja itu_”

“Tidak normal?” Leeteuk kembali memotong sambil mulai menekan tuts pianonya satu persatu. “Yang namanya cinta itu sudah sewajarnya. Tak ada yang tidak wajar. Hanya saja kenyataan berpihak lain kepada kalian. Kau tidak perlu takut untuk mengakuinya, kau seharusnya takut kalau hatimu terus menolaknya. Semakin kau mengelak, maka perasaan itu akan tumbuh semakin dalam. Itu bahaya…” Goda Leeteuk sambil terkekeh santai.

Hankyung kembali diam.

“Wae? Kau kelihatan tak terima dengan ucapanku.”

“Kau sendiri, hyung. Apa yang akan kau lakukan kalau kau terjebak diposisiku?”

Leeteuk menatap dongsaengnya sambil tersenyum tulus. “Pemikiranku dan kau itu tidak sama. Kalau aku terjebak di posisimu dan harus mencintai seorang namja, aku tak akan menolak perasaan itu. Aku yang paling tahu kalau cintaku untuknya itu seperti apa. Aku akan melangkah tanpa memperdulikan ucapan orang lain. Hatiku, masa depanku, kehidupanku, akulah yang menentukan semuanya. Jadi akan kulakukan apapun yang bisa kulakukan, termasuk mencintai orang itu dengan setulus- tulusnya.”

Hankyung agak terpana dengan jawaban yang Leeteuk berikan. “Kau… Terlalu dewasa, hyung.”

“Karena itu kubilang pemikiran kita tidak sama.” Leeteuk menarik nafas sejenak sambil memandang lurus kedepan. Dia kembali tersenyum menatap Hankyung. “Dan kalau kau ingin mendapatkan jawabannya, jangan pernah berpikir seperti aku. Tapi cobalah buka pikiranmu dengan semua kata- kataku dan temukan sendiri jawaban itu dengan hatimu. Dengan begitu, jawaban apapun yang kau temukan, itulah yang akan kau pegang sampai kapanpun.”

Hankyung langsung tersenyum kecil menatap Leeteuk. “Kau memang begitu. Kau tak pernah memberikan jawaban yang kubutuhkan setiap aku bercerita tentang masalahku kepadamu. Tapi… Dengan mendengar semua kalimatmu itu, aku jadi bisa belajar untuk membenahi pemikiranku.”

“Aku ini hyungmu, Hankyung.” Balas Leeteuk santai.

“Nae, hyung. Gomawo sudah memberi pengarahan singkat.” Hankyung beranjak keluar dari ruang musik, tapi dia kembali menoleh menatap Leeteuk. “Jangan- jangan, kau sebenarnya naksir namja juga?”

Mendengarnya, Leeteuk tertawa. “Entah. Tapi sejujurnya, saat ini ada seorang yeojya manis yang sedang kukencani.”

Kedua bola mata Hankyung langsung membulat. “Kau sudah punya yeojya chingu, eh? Dia pasti beruntung sekali mendapatkanmu. Bye, hyung.” Hankyung langsung bergegas meninggalkan Leeteuk yang masih terkekeh mendengar ucapan Hankyung tadi.

Sorot mata namja Cina itu kini yakin. Dia tersenyum penuh keyakinan. Dia kini sudah memantapkan isi hatinya. Nae, dia tak berniat untuk mengelak dan lari lagi dari kenyataan, bahwa hanya ada Kim Heechul dihatinya.

0o0o0o0o0o0o0o0

Ponsel Hankyung berdering kencang saat namja itu tengah mengeringkan rambutnya yang masih agak basah karena sehabis mandi. Dengan segera, disambarnya ponsel yang tergeletak diatas tempat tidurnya itu.

Nama Kim Heechul terpampang jelas.

“Heenim!” Serunya cepat sambil menekan tombol untuk menjawab telepon.

Terdengar suara tawa dari sebrang sana. “Kenapa kau kedengaran kaget begitu? Senang dapat telepon dariku? Aku ini memang calon artis terkenal, ya?” Ucap Heechul percaya diri.

Hankyung langsung duduk di tepi tempat tidurnya. “Kemana saja kau tiga hari ini? Kau bolos dan mematikan ponselmu.”

Aku ada di rumah orang tuaku selama tiga hari ini. Aku ingin merekam keluargaku, makanya aku kabur dulu dari Seoul.” Namja itu kembali tertawa sendirian. “Ya! Tak kusangka aku akan sangat merindukan suara dan omelanmu, Han.

Senyum terulas di wajah Hankyung. “Kalau kau merindukan suaraku, kenapa kau tidak langsung kembali ke Seoul? Tidakkah kau berpikir kau juga merindukan wajahku yang tampan ini?”

Heechul langsung tertawa keras.

“Ya! Jangan menertawaiku!”

Mi-mian! Kau itu, ya… Hanya tiga hari tidak ketemu kenapa langsung berubah narsis begini, sih? Teukie hyung yang mengajarimu, eh?! Yang benar saja! Hahaha~” Heechul masih tertawa geli dan itu membuat Hankyung mengerutkan keningnya kesal.

“Tidak di telepon atau berhadapan langsung, kau selalu membuatku harus mengerutkan keningku. Kalau begini terus aku akan tampak jauh lebih tua dari usiaku yang sebenarnya, nih.” Gerutunya sendirian.

Yah, memang nyatanya aku jauh lebih baby face daripada kau.” Balas Heechul lagi.

“Aish! Sudahlah! Kau mau apa meneleponku? Kapan kau pulang?”

Sejenak Heechul diam. “Sekarang aku sudah di Seoul. Apa bisa kau menemuiku sekarang?

“Kau dimana memangnya?”

Aku kan pernah memintamu untuk menemaniku. Dan sekarang aku mau kau menemaniku.

“Nae. Karena itu aku tanya, kau dimana?” Ulang Hankyung agak sebal.

Heechul kembali diam sejenak. “Kau akan kaget.” Ucapnya.

“Eh?”

Aku ada di kuil Myongji yang terletak di atas bukit dekat kampus kita. Disini pemandangannya sangat indah. Kau kesini dan temani aku, ya? Lalu kita minum soju semalaman!” Berikutnya, Heechul langsung mematikan sambungan telepon mereka.

Hankyung menatap ponselnya heran. “Dasar. Selalu sesukanya menutup telepon tanpa bilang apapun. Dia itu tak pernah bersikap serius, ya?”

Dengan segera Hankyung membuka lemari pakaiannya dan mengambil kemeja panjang juga jeans hitam miliknya. “Apa hari ini harus kukatakan?”

0o0o0o0o0o0o0o0

Hankyung masuk ke halaman kuil yang tidak terlalu sepi malam itu. Banyak orang yang ingin melihat pemandangan kota Seoul dari kuil kecil itu.

Beberapa kali Hankyung mengarahkan pandangannya, menatapa setiap namja yang sedang berdiri sendirian, tapi dia tak menemukan sosok Heechul disana. Ponsel namja itu juga kembali dimatikan dan dia tak bisa menghubunginya.

Namja itu memilih jalan ke tepi kuil dan bersandar di pagar sambil menatap lurus ke pemandangan dihadapannya. Lampu- lampu kota dan mobil yang berwarna- warni terlihat bagaikan sekumpulan permata yang berkilau ditengah langit malam.

“Memang sangat indah…” Gumamnya sendirian.

“Memang indah.”

DEGH! Sebuah suara menginterupsi pikiran Hankyung. Namja itu langsung menoleh kearah yeojya yang berdiri disampingnya.

Yeojya berambut hitam panjang yang suaranya sangat dikenalnya.

“Hee…nim?” Panggil Hankyung tak yakin.

Yeojya itu langsung menoleh menatapnya dan ternyata benar tebakan Hankyung. Dia bukan yeojya, dia adalah Kim Heechul. Namja yang sejak tadi dicarinya.

Sekejap, Hankyung mematung menatap namja cantik dihadapannya yang malam itu berpenampilan seperti yeojya pada umumnya. Dia benar- benar kelihatan seperti yeojya dengan senyum lembut yang dipasangnya saat itu.

“Eothokkae? Aku cantik, kan?” Tanya Heechul sambil berputar sekali dan membuat wig panjangnya agak terkibas.

“A-apa- apaan itu? Ke-kenapa kau berpenampilan seperti yeojya? Ka-kau bahkan pakai lipstick tipis?!” Hankyung benar- benar shock dibuat Heechul. Tapi yang terbaca dari sorot matanya bukanlah perasaan jijik, tapi sorot mata terpana akan kecantikan namja yang ada dihadapannya malam itu.

Heechul terkekeh. “Kalau seperti ini, orang tak akan memandang kita dengan aneh.” Heechul kembali menatap lurus kedepan dan mengarahkan kameranya. “Sekali- kali aku ingin mencoba seperti ini.”

Hankyung masih menatap Heechul.

“Kau tidak suka? Kau sama sekali tak bilang kalau aku cantik.” Gerutu Heechul sambil tetap fokus dengan kameranya.

Hankyung hanya menggaruk kepalanya serba salah. “Ja-jangan bicarakan hal itu. Aku masih shock.” Dia kembali mengelak sambil menatap lurus kedepan. “Tumben sekali kau ingin kutemani ditempat ini.”

“Aku tak mau sendirian.” Jawab Heechul cepat.

“Ada apa? Kenapa kau pergi begitu saja? Kau sedang ada masalah?”

“Satu- satunya masalahku adalah kau, Hankyung.” Kali ini namja itu sudah terkekeh meledeknya lagi.

Hankyung menatapnya sebal. “Ya! Kau ini…”

“Eung…” Heechul bergumam sebentar. “Aku memintamu datang karena aku ingin meminta maaf kepadamu.”

“Meminta maaf?” Hankyung menatap Heechul tak yakin. “Ah, kau sedang demam ya? Seumur- umur kau tak pernah meminta maaf kepadaku atas apapun.” Hankyung tertawa sambil menyentuh dahi Heechul.

Namja itu tak beraksi apapun. “Aku serius.”

Mendengar jawaban Heechul, Hankyung diam. “Tumben sekali. Apa benar kau baik- baik saja?”

Senyum terulas diwajah Heechul. “Aku sangat baik- baik saja.” Jawabnya. “Selama di Gangnam, banyak yang kupikirkan. Mulai dari masa depan, sampai hal terkecil yang pernah kualami. Dan pertama yang aku ingat, aku selalu saja meledekmu. Aku rasa itu tidak benar, seharusnya aku bersikap dewasa seperti usiaku. Aku pikir, mungkin kau sering kali sakit hati karena aku. Karena itu aku minta maaf.”

Hankyung terdiam. “Apa benar hanya karena itu?”

“Nae. Memangnya mau karena apa? Karena aku mau mati besok jadinya aku memikirkan semua itu? Tidak, lah.” Heechul kembali terkekeh.

Hankyung langsung menghela nafas. “Sejujurnya, kau memang suka membuatku kesal. Ledekanmu atau ketidak seriusanmu kadang membuatku jengkel. Tapi sedikitpun aku tak pernah sakit hati karena semua tingkahmu. Terkadang meski kesal, aku justru sangat suka melihat kelakuan konyolmu itu.” Jawabnya sambil menatap kelangit luas. “Kau orang yang jauh lebih menyenangkan daripada bintang.”

“Ya! Bintang kan tidak menyenangkan. Dia hanya diam tak bergerak kemanapun dan hanya terlihat saat malam.” Protes Heechul.

“Karena itu ku bilang kau lebih menyenangkan dari pada bintang. Karena kalau melihatmu aku merasa seakan ada bintang lainnya dihadapanku. Bintang yang berbeda yang bisa melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memperdulikan sekitarnya. Yang bisa kulihat kapanpun, tanpa menunggu malam tiba.” Ucapnya sambil mengusap kepala Heechul lembut.

Heechul memandangi Hankyung aneh. “Tapi… Kalau misalkan nanti aku berubah jadi bintang, itu artinya aku akan berubah dimatamu, kan?”

“Kau akan menjadi bintang paling cantik dan terang diantara semua bintang.” Goda Hankyung.

“Cih, aku digombalin namja.” Heechul terkekeh sambil menatap lurus kedepan. Seandainya Hankyung melihatnya, saat ini rona wajahnya berubah merah. Dan jantungnya seakan ingin melompat keluar karena bahagia.

Sejenak keheningan melanda keduanya.

“Jika aku diberi kesempatan untuk memulainya sekali lagi…” Heechul menengadah menatap langit. “Akankah lebih baik kalau aku dilahirkan menjadi seorang yeojya dan bertemu denganmu.”

“Maksudmu?”

Heechul hanya menggeleng sambil tersenyum. “Karena untukmu, aku adalah bintang. Bagiku, kau itu jauh seperti matahari.”

SRET! Dengan cepat Heechul menarik tangan Hankyung dan mencium bibir namja itu sekilas.

Hankyung melotot shock.

“Kalau aku menciummu dalam penampilan seperti ini, orang juga tak akan aneh menatap kita.” Senyumnya terulas lembut. “Gomawo, Hannie.” Bisiknya kemudian.

0o0o0o0o0o0o0o0o0

~Hankyung pov~

Malam itu bagaikan mimpi. Mimpi yang selama ini aku tunggu untuk menjadi nyata. Bodohnya, ketika mimpi itu terjadi di depan mataku, aku hanya bisa mematung shock memandanginya. Aku tak bisa bicara apapun. Mulutku terkunci, tubuhku kaku, aku namja yang menyedihkan.

Aku bahkan hanya mematung saat melihat Heechul pergi begitu saja meninggalkanku.

Dia tak mengucapkan apapun. Dia hanya tersenyum.

Aiish!!!

Dan ketika aku ingin mengutarakan semua isi hatiku kepadanya, dia menghilang. Selama tujuh hari ini aku tak lagi melihatnya. Ponselnya kembali dimatikan. Apartemennya kosong tak ada kejelasan.

Dia menghilang…

Kubalik buku kuliahku tanpa minat di kantin kampus. Sendirian…

Sesekali aku hanya bisa menghela nafas sambil melirik ke segala arah. Berharap tiba- tiba kulihat namja cantik itu berlari sambil mengarahkan kameranya kearahku dan membuat lelucon- lelucon yang menyebalkan.

Kuakui, aku sangat merindukannya. Naega neomo pogoshippoyo…

Kau menghilang seperti ini, membuatku kacau.

“Hankyung…”

Aku langsung menoleh begitu kudengar suara Teukie hyung memanggilku. Namja itu tengah berdiri dibelakangku dan menepuk pundakku. Raut wajahnya datar dan tanpa emosi. Matanya agak sembab.

Wae?

“Nae, hyung? Gwaenchana?”

GREB! Tanpa aba- aba Teukie hyung memelukku.

“Hyu-hyung?”

“Kau… Harus tegar.” Bisiknya pilu.

“Mworago? Waeyo gudhae?”

“Heechul…” Suaranya berubah jadi isakan kecil.

Heenim?

“Heechul sudah pergi meninggalkan kita ke langit.”

JGER!!! Saat itu aku bagaikan tersambar petir. Aku bagaikan kaku. Telingaku terasa tuli. Mulutku seakan bisu. Aku tak tahu. Otakku terasa kosong.

Teukie hyung melepaskanku. “Tadi aku dipanggil sonsaengnim. Di ruangnnya, aku bertemu dengan kakak perempuan Heechul, Kim Heejin. Dia sudah menceritakan semuanya kepadaku. Selama ini, Heechul menyembunyikan sakitnya dari kita. Sesungguhnya dia terkena penyakit leukemia akut.” Namja itu membekap mulutnya dan kembali menangis.

Kkajimael…

“Aku sama sekali tak tahu… Dia tak terlihat sakit sama sekali…”

Kkajimael…

“Aiish… Heechullie…”

“KKAJIMAEL!!” Aku berdiri sambil menatap Teukie hyung tak percaya. “Dimana?! Dimana yeojya itu?!”

“Hankyung, tenangkan dirimu!”

“Ani!! Aku harus bertemu dengannya! Dia di ruang sonsaengnim, kan?!” Dengan segera aku berlari meninggalkan Teukie hyung begitu saja. Meski kudengar dia memanggilku, aku tak menoleh.

Jantungku berdegup keras. Sakit… Hampa… Luka…

ITU TAK MUNGKIN!! Ini semua tak benar!!

BRUKH! Kakiku tersandung sesuatu dan aku sempat terjatuh.

“Aishh…” Tanpa banyak bicara aku langsung kembali berlari menuju ruang sonsaengnim. Kulihat seorang yeojya keluar dari ruangan itu. Matanya agak sendu. Kelihatan jelas kalau dia sedang diliput kesedihan. “Ki-Kim Heejin?!”

Yeojya itu mengangkat wajahnya dan menatapku. Kami berdiri berhadapan dan dia menatapku shock. “Ka-kau… Hankyung-sshi?”

Dia kenal aku?!

0o0o0o0o0o0o0o0o0

-Kim Heechul, adikku. Sebenarnya sudah hampir tiga tahun ini dia mengidap leukemia akut. Sampai detik ini tak ada donor sum- sum tulang belakang yang tepat untuknya. Dia berjuang hidup seorang diri dan tak pernah memberitahukan kepada siapapun tentang penyakitnya.

Hanya kami sebagai keluarganya yang tahu.

Dia sangat ceria, sehat dan menyenangkan. Tak akan ada satupun orang yang percaya kalau di dalam tubuhnya tengah bersarang penyakit mematikan dan dia tengah berjuang sendirian diantara hidup dan mati.

Dia sempat koma lima hari yang lalu, sebelum akhirnya dia benar- benar meninggalkan kami hari berikutnya.

Melihatmu, aku sudah tahu siapa kau. Adikku, menitipkan sesuatu untukmu…-

.

Aku mematung di depan layar tv di kamarku. Memegang sebuah CD yang terbungkus rapih. CD yang diberikan oleh Kim Heejin tadi pagi di kampus. Tak ada emosi dalam hatiku. Aku hanya merasa hampa.

Terus berpikir kalau ini semua hanya mimpi. Ketika aku terbangun, aku akan melihatnya lagi. Melihat namja yang kucintai itu.

Tapi ini bukan mimpi!!

Dengan langkah goyah aku berjalan menuju tv dan memasukan CD itu ke CD-player yang kumiliki. Layar hitam itu mulai memunculkan beberapa siluet gambar yang tidak asing bagiku.

PLITS! Tv itu tiba- tiba menyala terang dan berubah gelap.

Samar namun pasti, aku mendengar suara dentingan piano yang pernah dimainkan Teukie hyung dulu, dan gambar namja itu perlahan muncul. Benar… Itu adalah hari dimana Heechul merekam Teukie hyung yang bermain piano dulu.

Ada tulisan dibawahnya…

Kim Leeteuk, ruang musik Myongji university. Aku suka semua lagunya. Aku suka semua permainan pianonya. Kuharap dia bisa jadi pianis hebat. Teukie hyung, saranghae.

TES~ Perlahan air mataku menetes.

Gambar itu berubah menjadi sebuah bangunan megah. Kampusku…

Myongji university, jika saja aku punya banyak waktu. Aku ingin sekali mengajar di universitas ini. Pasti akan menyenangkan.

Heenim…

Gambar berikutnya, adalah aku… Hanya ada aku… Hanya aku yang ada di video itu…

Semua kegiatanku yang selalu direkamnya. Semua aktivitasku yang direkam olehnya selama ini. Hanya ada aku. Dia hanya menatap kearahku. Video yang diambil dengan mata Heechul, kenapa terlihat sangat menyesakkan dimataku?

“Aiish~” Aku membekap wajahku dan terisak pelan. “Pabboya~ Jeongmal pabboya~”

“Tes? Tes? Apa videonya menyala?”

DEGH?! Aku langsung mengangkat wajahku. Kini layar tv itu memutar video Heechul yang duduk di sebuah ruangan. Dia terlihat agak canggung dan merapihkan rambut hitam sebahunya.

“Eh? Aku terlihat bagus tidak, sih? Ah, pasti bagus! Aku kan memang cantik.” Dia tertawa sendirian. “Nae, Tan Hankyung! Kau menontonnya, kan? Ah, kau harus nonton. Kalau tidak, akan kuhajar kau!” Dengan sok, dia mengangkat kepalan tangannya.

Apa yang dia lakukan?

“Apa sih yang aku lakukan? Cih.”

Aku tersenyum kecil menatapnya. Lucu sekali tingkahnya.

“Eung… Sebenarnya aku tak tahu mau bicara apa. Banyak yang mau kukatakan padamu, tapi saat aku merekamnya sekarang, semua justru hilang. Aish! Aku pabbo sekali! Untung aku sudah buat daftarnya!” Dia menarik sebuah kertas dan jalan menuju kamera. “Bisa kau baca? Ah, pasti sulit. Aku mau membacakannya, tapi aku malu.” Gerutunya sambil duduk di kursi tadi lagi.

Keheningan terjadi selama beberapa detik.

“Hannie… Mungkin saat kau menonton ini, kau sudah tahu apa yang aku rasakan. Aku tak perlu mengatakan banyak hal padamu karena kau sudah tahu segalanya. Tentang penyakitku, juga tentang hatiku. Aku hanya ingin meminta maaf…” Suaranya terdengar parau.

“Aku tak bisa bilang! Sial!” Heechul langsung menengadah sambil mengangkat tangannya. Sepertinya dia ingin menahan tangisnya. Dia langsung menghilang selama beberapa detik. Yang terdengar hanya suara berisik.

Ada apa?

“Tada!!” Detik berikutnya dia muncul sambil mengenakan wig yang dulu dipakainya. “Kalau seperti ini jauh lebih mudah!” Serunya senang sambil berlenggak- lenggok aneh di depan kamera.

“Kau jahat. Padahal aku harap kau bilang aku cantik saat menjadi yeojya. Tapi kau malah meledek dan diam saja melihatku. Heya! Ayo katakan kalau aku ini cantik!” Dia menunjuk kearah kamera sambil tertawa riang.

“Kau… Cantik…” Bisikku tak kuat.

Kau yang paling cantik…

“Kenapa takdir mempermainkan kita, ya?” Kini Heechul duduk tenang. “Tiga tahun yang lalu saat aku tahu aku terkena penyakit ini, aku sempat menyerah. Tapi satu tahun yang lalu, aku bertemu denganmu. Bertemu dengan orang yang membuat hariku jadi menyenangkan. Aku rasanya ingin hidup sedikit lebih lama. Meski hanya sekali, aku ingin merasakan kebahagiaan mencintai orang lain.”

Air mataku kembali menetes…

“Tapi aku takut…” Suaranya berubah parau lagi dan dia menunduk. “Aku tak berani mengatakannya. Aku takut sekali dengan perasaan ini. Kau tahu aku namja, dan kau namja. Kita tak mungkin bersama. Aku sangat takut jika kau tahu perasaanku, kau akan pergi. Tapi aku tak bisa terus menahannya. Setiap memikirkan hal ini aku jadi sakit.” Heechul menekan dadanya dan menatap ke kamera sambil menetesan air matanya. “Hatiku sakit…”

Kubekap lagi mulutku agar tidak terisak. Heenim…

“Padahal hidupku tak lama lagi, tapi aku malah terkena dilema begini. Cih! Kenapa juga aku menangis?! Memalukan!” Heechul menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. “Akhirnya kuputuskan untuk merekam semua kegiatanmu. Aku suka melihatmu marah- marah atau kesal karena kelakuanku. Sangat menyenangkan.”

Aku juga suka sekali dengan semua leluconmu… Meski kadang menyebalkan.

“Saat aku tahu sebentar lagi saatnya, aku ingin kau tahu semuanya. Akhirnya aku membuat CD ini. Aku tahu Heejin noona akan menyerahkannya kepadamu, karena kadang aku menceritakan tentangmu kepadanya.” Air matanya kembali menetes.

Aku sudah tahu… Sekarang aku sudah mengerti semuanya…

“Jika saja aku diberi kesempatan memilih.. Aku ingin sehat. Aku ingin terlahir lagi tanpa penyakit apapun. Dan yang paling kuinginkan, aku sangat ingin terlahir menjadi seorang yeojya dan sekali lagi bertemu denganmu. Meski hanya sekali, aku pasti akan langsung mencintaimu. Jika aku adalah yeojya, maka dengan mudahnya aku boleh mencintaimu. Tak akan ada halangan yang menyakitkan ini…”

Sekalipun kau namja, kau tetap boleh mencintaiku!

“Meski hanya sebentar. Aku ingin diingat sebagai Kim Heechul yang sempat memberikan kebahagiaan untukmu. Jangan pernah melupakanku. Kau yang bilang aku adalah bintangmu, jadi kalau kau melupakanku, maka kau akan kehilangan arah.” Dia tersenyum.

Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa melihat bintang lain selain dirimu atau tidak…

“Untuk terakhir kalinya, izinkan aku sekali saja mengucapkannya. Hanya sekali saja, aku tak akan mengatakannya lagi jika kau berpikir ini menjijikan. Hannie… Saranghae…” Air mata mengalir dari sudut matanya.

ZLEB! Hatiku bagaikan ditusuk pisau.

Perlahan gambarnya memudar dan menghilang. Video itu sudah selesai…

Aku menunduk sambil menutup wajahku. Air mataku tak bisa berhenti. Hatiku sesak sekali, sakit, benar- benar sakit, rasanya ini jauh lebih menyakitkan dibanding kematian. Ini terlalu menyakitkan untuk kurasakan.

Semua ucapanya tadi, terus berputar dikepalaku.

“Aishh… Sial…” Isakku pilu.

Kim Heechul! Kenapa aku terlalu bodoh?! Kenapa aku harus takut mengatakan isi hatiku kepadamu? Kenapa sebagai namja aku tak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.

SARANGHAE!!!

Ingin kuteriakkan kalau aku teramat mencintaimu!!

Tapi terlambat…

Kau bilang kau akan mengatakannya sekali saja, kan? Ani! Kau boleh mengatakannya seratus kali, seribu kali, berapa kalipun sampai hatimu puas karena sedikitpun aku tak merasa jijik terhadap kata- kata itu.

Aku juga sama denganmu…

Tuhan! Kenapa harus seperti ini? Kenapa takdir yang mengikat kami sangat menyedihkan? Tidakkah Kau berpikir ini terlalu kejam untuk kami?! Kenapa Kau mengikat kami dengan hubungan yang seperti ini?!

Akan jauh lebih mudah kalau dia terlahir sebagai seorang yeojya. Tapi seperti apapun sosoknya, aku akan tetap mencintainya!

Kim Heechul…

Kim Heechul…

Sekali lagi… Aku ingin mendengar tawamu. Aku ingin melihatmu tersenyum di depanku. Meski hanya sekali saja, aku ingin memelukmu, menggandeng tangamu, mencium bibirmu, meski hanya sekali, aku ingin mengatakan kalau aku mencintaimu dan selamanya ingin bersama denganmu.

Hanya sekali saja… Kumohon hanya sekali saja apa kau tak bisa kembali kesini…?

Sekali lagi… Izinkan aku mengucapkannya secara langsung kepadamu.

Jeongmal saranghaeyo… Neomo neomu johahae… Kim Heechul…

.

~Fin~

=====================================================

a/n ::

OKE!

Hanchul Shipper!! jangan demo thena, yaa… hhaha

 

Time Capsule

Time Capsule

Pair :: HaeHyuk // Gender switch

Rated :: K

Genre :: Humor/Romance

.

“Apa keinginanmu yang kau kubur?” Seorang bocah namja berjongkok disisi teman yeojya-nya yang tengah menguruk kaleng dengan tanah. “Apa kau bilang kau ingin memakan semua strawberry di dunia?” Namja kecil itu terkekeh meledek.

Yeojya dihadapannya langsung cemberut. “Hae, berisik! Kata sonsaengnim, kita tak boleh memberitahukan ke orang. Nanti harapan kita tak terkabul.”

Namja yang dipanggil Hae itu tertawa. “Ah, kau kenapa percaya sepenuhnya? Kali saja sonsaengmin bohong.”

“Lee Donghae!!” Yeojya manis itu berdiri.

“Apa, Lee Hyukjae?”

“Harapanmu pasti konyol.” Yeojya imut itu langsung mehrong menatap namja kecil yang gantian cemberut dihadapannya. Dengan langkah kecilnya dia berlari menghampiri sonsaengnim-nya yang tengah memberi pengarahan ke murid yang lain.

Namja bernama Lee Donghae itu memandangi sisa galian Hyukjae dalam diam. “Harapanku konyol?”

.

.

“Lee Donghae! Awas!”

Donghae mengalihkan pandangannya dan saat itu juga dia terperangah melihat lap kotor menuju kearahnya.

PLOK! Lap kotor itu mendarat tepat diwajah tampannya.

“Ya! Hae!” Seorang yeojya manis langsung menghampiri Donghae dengan wajah penuh salah. Diambilnya lap yang berpindah di tangan Donghae. “E-e-mi-mian!” Yeojya itu langsung mengatupkan kedua tangannya dan menunduk.

“Lee Hyukjae~” Donghae menggeram kesal.

“Aku sudah minta maaf, Hae!” Ujar Hyukjae lagi sambil menarik lap ditangan Donghae.

“Kau minta kucium, eh?!” Dengan perasaan kesal, Donghae menarik tangan Hyukjae dan tatapan kedua anak itu saling bertaut. Yang satu melempar death glare, yang satu menatap shock dengan mata melotot.

SET! Dengan cepat Donghae melepaskan tangan Hyukjae dan duduk di kursinya.

Namja tampan itu kembali menatap yeojya yang masih mematung. “Kalau kau benar- benar cari masalah terhadapku, aku tak akan pernah mau memaafkanmu lagi. Arra?” Tantangnya dengan ketus dan mengusap wajahnya dengan punggung tangannya.

Hyukjae terkekeh pelan sambil berlari menghampiri teman- temannya.

“Ya, Hyukkie. Sehabis minta maaf kenapa tertawa?” Tegur Kibum, yeojya manis sahabat Hyukjae sambil geleng- geleng dan melanjutkan menyapu kelasnya.

Hyukjae tak memperdulikan ucapan Kibum. Mata sipitnya melirik menatap Donghae yang kelihatan tengah menggerutu sambil bicara dengan teman- teman di kelasnya.

Donghae sendiri sesekali melirik ke arah Hyukjae dan tersenyum kecil menatap yeojya hyper aktif yang sudah sekelas dengannya sejak kelas enam SD dulu. Hingga sekarang, saat mereka kelas 2 SMA, mereka selalu satu kelas.

Tapi hubungan keduanya agak aneh. Terkadang saling mengisi, terkadang saling menghindari.

Nae, sesungguhnya… Hati mereka saling mencintai.

0o0o0o0o0o0o0o0o0

~Donghae pov~

“Heya, kau kenal Lee Hyukjae dari kelas 2-A?”

DEGH! Aku melirik kearah dua namja yang tengah buang air di belakangku. Aku kembali menatap wajahku di cermin.

Kenapa mereka membicarakan Hyukkie?

“Wae? Kau naksir dia?” Tanya namja satunya.

Namja disebelahnya tertawa. “Mana mungkin! Dia itu yeojya hyper aktif yang pernah aku lihat selama aku hidup. Kudengar dia sudah pernah membuat seorang sunbae kalah telak dengan kelakukannya.”

“Kalah telak bagaimana?”

Aku berdiri tegap memandangi namja- namja yang kini mencuci tangan mereka.

“Ada sunbae yang naksir dia dan menyatakan cintanya, tapi dia menolaknya dengan mentah- mentah. Ah, pokoknya dia membuat sunbae itu kalah telak dengan semua kelakuan memalukannya.”

Menyebalkan! Kalian tak kenal Hyukkie tahu!

“Aku rasa tak akan ada yang mau jadi pacar yeojya model begitu. Haha…”

“Kau benar!”

Kedua namja itu tertawa lepas begitu saja, membuatku semakin muak. Dengan satu gerakan, aku menendang namja yang tertawa paling keras begitu saja.

“Ya, kau! Apa masalahmu?!” Dia menatapku marah.

Aku balas mengirimnya death glare. Begitu melihat wajahku, kedua namja itu langsung diam tak berniat melanjutkan ucapannya. Kuputuskan keluar dari kamar mandi tanpa bicara apapun lagi. Ya, memang mereka tak akan berani kepadaku.

Aku adalah Lee Donghae, adik kesayangan hyungku yang berwajah manis dan super aegyeo, Lee Sungmin, yang menjabat sebagai tim klub judo. Jika ada yang macam- macam, maka hyung-ku itu yang akan membalaskannya untukku.

“Tampangmu masam sekali, Hae.” Sungmin hyung menghampiriku ketika aku keluar dari kamar mandi. “Waeyo?”

“Di toilet, ada dua namja yang membuatku kesal.” Balasku enggan.

“Mereka mengganggumu?”

Aku menggeleng. “Dia menjelek- jelekkan Hyukjae.” Aku berdesis menahan amarahku.

Mendengar jawabanku Sungmin hyung langsung menepuk bahuku dan tertawa. “Aigoo.. Aku kira ada apa. Kau benar- benar akan marah kalau ada yang membicarakan yeojya itu, nae? Kau serius menyukainya?”

“Tentu saja!”

“Haeeee!!”

Aku menoleh saat suara cempreng itu memanggil namaku. Dari ujung lorong, kulihat Hyukjae berlari menghampiriku dan Sungmin hyung dengan senyum sumringah di wajahnya. Kenapa dia? Tumben.

“Ah, annyeong Sungmin oppa!” Sapanya riang.

“Nae, Hyukkie. Oke, aku ke kelas dulu.” Sungmin hyung menepuk bahuku dan berjalan meninggalkanku dan Hyukjae.

Kutatap yeojya itu. “Wae?” Tanyaku malas.

“Kau tahu? Tadi baru saja aku mendapat e-mail dari Park sonsaengnim, guru kita saat kelas enam SD. Dia bilang sudah saatnya kita sekelas membongkar time capsule yang kita kubur dulu!” Hyukjae tersenyum lebar dengan kedua bola matanya yang bersinar.

Time capsule…

Ah, nae! Dulu, saat kami kelas enam SD, kami sekelas mengubur time capsule di halaman sekolah. Saat itu sonsaengnim bilang kita boleh membukanya lima tahun yang akan datang.

Lima tahun sudah berlalu.

“Aku tak sabar ingin membuka time capsule-ku. Baiklah, aku mau kasih tahu teman SD kita yang lain. Bye, Hae.” Yeojya itu dengan penuh semangat berlari meninggalkanku yang masih mematung.

Time capsule-nya…?

Time capsule-ku…?

Heya, Hyukjae. Kau itu memang terlalu polos.

0o0o0o0o0o0o0o0

Time capsule. Tentu semua orang tahu apa itu.

Sebuah kuburan harapan yang harus kita buka saat kita dewasa suatu saat nanti. Lima tahun berlalu sejak hari dimana kami menanam time capsule, dan tak kusangka kini aku sudah dewasa. Apa harapan itu benar terkabul?

Sebenarnya, lima tahun yang lalu aku sudah melakukan sebuah kejahatan terhadap Hyukjae. Kejahatan yang mungkin tak termaafkan. Kalau dia membuka time capsule-nya nanti, pasti dia akan kaget.

Tapi apa boleh buat?

Aku terlanjur melakukannya.

“Kau ini, kenapa suka sekali melamun, sih?” Sungmin hyung duduk di sofa disisiku sambil sibuk dengan ponsel merah mudanya. “Apa yang mengganggumu sebenarnya? Pasti ada yang kau pikirkan.”

“Hanya masalah kejahatan, hyung.” Jawabku pelan.

Dan tentunya Sungmin hyung tak akan memahaminya. Dia menatapku kebingungan. “Maksudnya, Hae?”

“Aishh… Hyung tak akan paham.” Aku langsung berdiri. “Aku tidur duluan. Malam, hyung.” Ujarku sambil berjalan meninggalkan Sungmin hyung.

Apa yang harus kulakukan?

~Donghae pov end~

.

~Hyukjae pov~

Satu minggu lagi. Aku akan membuka time capsule yang aku kubur lima tahun yang lalu. Ini akan menjadi hari bersejarah. Karena apa? Karena aku tahu harapanku terkabul.

Harapan yang dulu kutulis di time capsule-ku…

Aku ingin selamanya bersama dengan Hae.

Sejak dulu, meski kadang kami berdebat tidak jelas atau apapun, tapi sebenarnya hubungan kami jauh lebih dekat dari siapapun. Donghae sangat memahami aku, dan aku sendiri tak perlu waktu lama untuk memahami kepribadian namja itu.

Saat itu, itu hanya harapan polos dari yeojya kecil berusia dua belas tahun.

Saat itu, aku masih belum menyukainya jauh seperti sekarang.

Saat itu, aku hanya tahu bahwa aku ingin terus bersama dengannya. Tanpa sadar kalau ternyata hal itu bisa diartikan sebagai suka.

Berbeda dengan sekarang, kalau sekarang dengan senang hati aku akan mengakuinya. Nae, aku menyukainya, aku mencintai namja yang selalu kutatap setiap hari di kelas. Namja yang kadang bicara dengan nada yang agak ketus, tapi kadang membuat wajahku tersipu malu hanya dengan ucapannya.

Lee Donghae…

Memang harapan itu masih belum terwujud, tapi setidaknya aku dan dia selalu satu sekolah dan kelas sejak dulu. Bukankah itu pertanda kalau suatu saat impian itu akan terwujud?

~Bwara mr. simple simple geudero geudero gedeneun mojyeo~

Ponselku berdering pelan.

Aku langsung meraihnya dan kulihat nama Lee Donghae yang muncul.

“Yeoboseyo.” Jawabku cepat.

Hyukkie, kau sudah tidur?

“Belum. Wae?” Tak biasanya dia meneleponku semalam ini.

Apa kita bisa bertemu?

“Sekarang?” Aku mengerutkan kening sambil melirik ke arah jam di dinding kamarku. Sudah jam delapan malam, sesungguhnya aku tak yakin akan mendapat izin keluar dari rumah. “Sudah malam sekali.”

Kudengar namja itu menghela nafas berat.

“Ada masalah, ya?” Tanyaku. “Waeyo?”

Aniyo. Ya, sudah kalau kau tidak bisa. Annyeong. Sampai jumpa besok.

CTEK! Begitu saja, namja itu mematikan sambungan teleponnya denganku. Ada apa dengannya sih? Aneh sekali.

Apa sesuatu terjadi? Ah, kuharap dia baik- baik saja.

~Hyukjae pov end~

0o0o0o0o0o0o0o0

“Sebenarnya time capsule yang kita kubur dulu itu berfungsi atau tidak sih?” Kibum memainkan ponselnya sambil sibuk sendirian meski dia berbicara dengan Hyukjae yang sejak tadi memandangi Donghae.

Hyukjae melirik Kibum sekilas. “Molla. Waeyo?” Dia kembali menatap lurus kearah Donghae.

Kibum memutuskan untuk menatap sahabatnya itu. “Kau tahu harapanku? Aku berharap agar bisa bertemu dengan namja yang kusukai. Tapi sampai sekarang aku tak pernah menemukan namja itu. Kurasa harapanku terlalu berat. Kudengar yang namanya harapan itu akan mengorbankan sesuatu yang setimpal agar harapan itu terkabul.”

Mendengar kalimat terakhir Kibum, Hyukjae menatapnya sambil mengerutkan kening. “Maksudmu, Kibummie?”

Kibum mengangguk. “Di dunia ini tak ada yang benar- benar akan berjalan sesuai harapan. Sekalipun kita bisa mendapatkan apa yang kita harapkan, kudengar kita juga harus membayar dengan sesuatu yang setimpal. Itu hukum alam.” Jelasnya sambil memainkan gantungan ponselnya santai.

“Jadi… Kau tak percaya kalau harapanmu bisa terkabul?”

Kibum mengangkat bahu. “Tidak juga. Aku sih percaya- percaya saja. Kau sendiri, apa harapanmu terkabul?”

Arah pandang Hyukjae kembali menoleh menatap Donghae. “Molla.” Jawabnya.

Seakan merasa diperhatikan, Donghae menoleh kearah Hyukjae dan membuat tatapan keduanya kembali bertemu. Hyukjae kembali mehrong menatap namja manis itu, dan dengan alis tertaut, Donghae hanya menggaruk kepalanya keheranan.

“Sepertinya kau berharap bisa bersama dengan Donghae, nae?” Tebak Kibum sambil menyenggol lengan Hyukjae jahil. “Benar, kan?”

Hyukjae tertawa kecil sambil mehrong kearah Kibum. “Mana aku tahu. Kita kan tidak boleh menyebarkan harapan kita. Kalau dikasih tahu orang, maka harapanmu tak akan terwujud, loh.” Godanya sambil terkekeh pelan.

Kibum agak cemberut mendengarnya. Tadi kan dia sudah membocorkan rahasianya ke Hyukjae. “Hyukkie, curang!” Serunya gusar. “Eh, tapi Hyukkie…” Yeojya manis itu memukul- mukul pensilnya pelan. “Apa kau tahu apa harapan yang Donghae tulis?”

Hyukjae diam.

Yeojya itu kembali menatap Donghae sambil menggeleng. “Mungkin…. Dia menulis ingin bisa jadi namja yang keren.” Senyum kecil terulas diwajahnya sambil menoleh kearah Kibum. “Yang pastinya, aku mau harapannya terkabul.”

“Kau… Serius menyukai dia?”

Hyukjae mengangguk. “Kalau aku tak pernah serius menyukainya, aku tak akan seperti sekarang.” Gumamnya. “Sampai sekarang sih aku tak bisa menatap namja lain selain dia. Tak perduli seperti apa perasaannya terhadapku. Aku selalu memikirkannya.”

“Kurasa dia juga sama.” Kibum tersenyum menatap sahabatnya. “Kenapa kau tak menyatakannya saja?”

Sontak senyum di wajah Hyukjae pudar. “Kibummie, aku kan yeojya.”

“Eeh? Wae? Memangnya yeojya tak boleh menyatakan perasaannya?”

Hyukjae memilih menunduk. “Aku ini yeojya. Kalau ternyata dia tak punya perasaan apapun terhadapku dan menolakku, itu akan menjadi hal paling memalukan. Bagaimanapun aku pasti akan jadi canggung dan aku takutnya justru berbalik kecewa dan membencinya. Yeojya kan jauh lebih sensitive dari namja.”

“Ah, kau benar.” Balas Kibum sambil memandang lurus ke papan tulis. “Wajarnya, sih… Kalau yeojya pasti akan sakit hati ditolak namja yang dicintainya. Jadi kau memilih menunggu? Kalau dia tak pernah mengatakannya?”

Hyukjae mengangkat bahu. “Mana kutahu.”

“Kalau dia tak mengatakannya, lebih baik kau cari saja namja lain.”

Hyukjae langsung menatap Kibum sebal. “Tidak mau!”

“Kalian membicarakanku, ya?”

DEGH! Sontak kedua yeojya itu menoleh keasal suara yang mengejutkan mereka. Si objek yang tadi dibicarakan dengan santainya menunduk sambil menumpukan kepalanya di atas meja tulis Hyukjae.

“Heya, namja ngapain ikutan?! Sana pergi! Hush~ Hush~”

“Ya! Aku ini bukan ayam!”

“Kau ikan. Puas?!” Hyukjae mengatur dadanya yang berdegup keras sambil melotot menatap Donghae. Dia berharap namja itu tak mendengar apa yang dibicarakannya dengan Kibum tadi. Akan sangat memalukan.

Donghae cemberut dan menatap Kibum. “Kibum, kau datang minggu depan?”

“Kemana?” Kibum balik bertanya.

“Itu… Membuka time capsule.”

“Aku akan ikut!” Hyukjae yang menjawab dengan semangat.

“Aku tak nanya kamu.” Donghae menatap Hyukjae masa bodoh sekilas dan kembali menatap Kibum. “Kau ikut tidak?”

Mendengar ucapan Donghae, Hyukjae langsung cemberut kesal. Sedangkan Kibum sudah terkekeh menahan tawanya yang nyaris pecah melihat kelakukan dua anak itu.

“Kibummie! Aku nanya, nih!” Sentak Donghae kesal. “Sudah, abaikan saja monyet betina yang suka mehrong- mehrong tak jelas ini. Aku lagi malas menanggapinya.” Menghina Hyukjae, seulas senyum terkembang di wajah manis Donghae.

Kibum langsung tertawa lebar mendengar ejekan itu.

BRAKK! Dengan emosi Hyukjae berdiri sambil memukul mejanya. Tentu saja kelakukannya membuat Donghae kaget dan telinganya terasa pekak. Dia kan bersandar di meja itu.

“Ya, Hyuk! Jangan begitu, dong!” Donghae berdiri sambil mengorek telinganya. “Aigooo.. Aku bisa tuli.”

“Masa bodoh. Siapa suruh mengejekku? Monyet betina pula? Aku bukan hewan, ikan teri kerempeng!”

Donghae mendelik menatap Hyukjae. “Omona? Aku ikan teri kerempeng? Bau amis, dong!” Namja itu tertawa lebar sambil menepuk- nepuk kepala Hyukjae.  “Nae.. Nae.. Hyukkie manis yang unyu- unyu. Mian, deh…” Ujarnya sambil tersenyum menggoda.

Hyukjae masih menatap Donghae marah.

“Kenapa lagi? Kan sudah aku puji. Masih kesal? Hyukkie minta kucium, eh?” Donghae langsung membuka kedua tangannya sambil mengambil ancang- ancang mau memeluk yeojya dihadapannya.

Hyukjae langsung melotot shock dan dengan cepatnya meninju wajah Donghae. Tapi tentu saja pukulannya tidak sakit. “Dasar arwana!” Emosi yeojya itu sudah naik ke ubun- ubun. Dengan langkah dihentakkan, Hyukjae berjalan menjauhi Donghae dan Kibum yang sudah tertawa geli sendirian.

Donghae ikut tertawa kecil memperhatikan Hyukjae yang keluar kelas.

“Heya, berhenti menggodanya seperti itu.” Kibum akhirnya berhenti tertawa dan menatap Donghae dengan senyum menggodanya. “Aku tahu kok kau yang sebenarnya juga suka sama Hyukjae.”

Donghae langsung menoleh menatap Kibum santai. “Sok tahu kamu.” Balasnya sambil terkekeh dan berjalan meninggalkan Kibum sendirian.

Senyum masih terulas di wajah Donghae. “Hyukjae manis kalau marah…” Bisiknya sendirian.

0o0o0o0o0o0o0o

~Donghae pov~

Kutatap sebuah surat di atas mejaku. Surat beramplop putih dengan hiasan bunga lili di pinggir amplopnya. Surat apaan, nih? Surat cinta? Masih jaman eh surat- suratan?

“Aigoo! Surat cinta!”

DEGH! Sontak aku meloncat kaget saat mendengar suara cempreng Hyukkie dibelakangku.

“Kau itu mengagetkan saja!” Omelku sambil hendak menarik surat itu.

Tapi dengan gesitnya, Hyukkie sudah menarik surat itu duluan dan membukanya dengan wajah polos tak berdosa. “Hmm… Ini memang surat cinta, Hae. Dari hoobae kelas 1-C.”

SRET! Aku merampas suratku dari Hyukkie.

“Ini milikku tahu! Kenapa kau yang buka?!”

“Habisnya kau hanya memandanginya seperti orang babbo. Baru pertama kali dapat surat cinta, ya? Dasar Hae norak.”

PLAK!! Aku langsung menggeplak kepala yeojya itu. Hyukkie langsung melotot kesal.

“Apa urusannya denganmu?” Balasku malas.

Yeojya itu mengerucutkan bibirnya sok imut. “Aku kan hanya berbagi kebahagiaan. Habisnya akhirnya ada juga yeojya yang suka sama Donghae. Aku kira kau akan sendirian seumur hidupmu!” Hyukkie langsung tertawa.

Dan itu membuatku kesal. Memang siapa yang membuatku jadi selalu menolak pernyataan cinta orang lain? Itu kan gara- gara dia!

“Kamu cemburu, ya?” Balasku menyelidik.

Sontak saja yeojya itu berhenti tertawa. “Cem- apa? Cemburu? Sama siapa? Sama kamu? Memangnya kenapa aku harus cemburu?” Dia menatapku gusar dan mundur selangkah. “Kau sendiri yang bilang tak ada urusannya denganku.”

“Kalau tidak cemburu ya diam saja. Memang tak ada urusannya dengan Hyukkie, kok.” Balasku sambil duduk. “Daripada kau urusi aku, urus saja dirimu sendiri. Kau tahu apa yang dikatakan banyak namja tentangmu? Kau itu yeojya hyper aktif yang merepotkan. Jangan- jangan kau yang akan sendirian seumur hidup. Kalau begitu terus tak akan ada namja yang mau denganmu.” Aku tersenyum mengejeknya.

Awalnya kukira Hyukkie akan membalas mengejekku atau marah. Tapi yeojya itu diam. Diam menatapku dengan sorot matanya yang aneh. Kelakukannya itu juga membuatku diam memandanginya. Apa kata- kataku tadi kelewatan?

“Oh, ya?” Dia bertanya datar.

“Apanya?” Jantungku kini berdegup kencang tak karuan.

“Tapi kalau aku, sih… Kalau namja yang kusuka tak merespon perasaanku, lebih baik aku sendirian selamanya saja.” Dengan langkah santai, yeojya itu berjalan meninggalkanku ke tempat duduknya.

Aish, Lee Donghae… Itu memang sebuah kesalahan!

Kata- kataku tadi pasti membuatnya terluka.

~Donghae pov end~

.

Hyukjae duduk diam tak bicara. Kibum hanya menatapnya prihatin.

“Hyukkie, gwaenchana?”

Yeojya itu mengangkat bahu dan menoleh kearah Kibum, tapi tak menatap mata yeojya itu. Mata Hyukjae sendiri mulai berkaca- kaca dan dia menggigit bibir bawahnya menahan kesal.

Kibum terdiam melihat Hyukjae.

“Dia itu bodoh atau apa, sih?”Bisik Hyukjae dengan suara gemetar menahan tangis.

0o0o0o0o0o0o0o0

~Hyukjae pov~

Setelah kejadian tak terbayangkan hari itu, aku sama sekali tak berbicara dengannya. Dia juga kelihatan tak berminat memulai pembicaraan denganku. Jadi sepertinya dia memang tak terlalu perduli kalau ucapannya dulu membuatku sakit.

Sakit hati.

“Hyukkie!!” Kibum berlari kearahku. “Kyaa! Jaejoongie!” Yeojya itu berseru riang kearah seorang yeojya cantik yang berdiri tak jauh dari tempat kami berdiri. Yeojya yang dipanggilnya berlari menghampiri kami. “Aigoo… Kau kelihatan sangat cantik.”

“Kibummie dan Hyukkie juga tak berubah.” Ujar Jaejoong, teman kami waktu kelas 6 dulu.

Aku menatap ke sekolah lamaku. SoNyeo Junior School, SD tempatku belajar lima tahun yang lalu.

Nae, ini adalah hari dimana kami akan membuka time capsule kami.

“Eeh, Hyukjae!” Changmin berseru memanggilku.

“Hmm?”

“Mana Donghae? Apa dia tak ikut?”

Aku hanya mengangkat bahu dan kembali fokus dengan kedua temanku yang mulai bergabung dengan teman- teman yang lain.

Donghae sepertinya tidak akan datang. Karena kami tak bicara sama sekali, jadi aku tak tahu. Tapi dia kan memang tidak terlalu perduli dengan time capsule ini. Jadi kupikir dia memang tak akan datang.

Kulihat seorang yeojya cantik menghampiri kami sambil menggandeng seorang anak kecil yang sangat manis.

“Aigoo! Itu anak Park Sonsaengnim?!” Jaejoong langsung menghampiri sonsaengnim. “Kyaa! Putramu lucu sekali, sonsaengnim.”

Guruku tersenyum lembut dan menunduk. “Ayo Kyuhyun, beri salam ke para noona dan hyung disini.” Ujarnya lembut.

Namja kecil itu tak mau menurut. Dia merapat semakin dekat ke Park sonsaengnim sambil cemberut.

Melihatnya aku tertawa kecil. “Lucu sekali.”

Park sonsaengnim tertawa kecil. “Sekarang nama keluargaku jadi Kim, Kim Jungsoo. Jadi jangan panggil Park sonsaengnim lagi.” Godanya. “Ah, apa semuanya sudah berkumpul? Lima tahun tak bertemu kalian benar- benar tak berubah.”

Kibum terkekeh. “Pastinya jadi cantik, sonsaengnim.” Godanya.

“Kau terlalu percaya diri!” Seru Changmin sambil tertawa.

“Sonsaengnim, apa bisa digali sekarang? Aku buru- buru karena sore nanti ada acara.” Jaejoong menyerukan pendapatnya.

Sonsaengnim langsung mengangguk. “Silahkan.”

Kami semua yang ada disini langsung berpencar mencari tempat mengubur time capsule masing- masing. Aku tak butuh waktu lama untuk mencari tempatku, karena aku menguburnya di dekat tembok sekolah. Didekat taman bunga dan juga disamping tempat Kibum.

“Yaah~ Kenapa tempat time capsule-ku ada batunya!” Gerutu Kibum sambil menggali batunya dengan gusar.

“Mau kubantu?”

Aku melirik ke arah seorang namja tampan yang berjongkok disamping Kibum. “Aigoo, Siwonnie! Kau tinggi sekali! Lima tahun tak bertemu kau jadi jauh lebih tampan, ketua kelas!” Seruku takjub.

Namja itu, Choi Siwon,  terkekeh sambil menggali batu yang menghalangi time capsule Kibum. Sedangkan Kibum hanya menunduk diam disisinya. Lucu sekali mereka berdua. Waktu SD dulu, Kibum kan pernah menolak Siwon.

Aku menggali tanah dan dengan mudahnya menemukan kaleng milikku. Dengan cepat aku menariknya keluar.

Harapanku… Harapan untuk selalu bersama dengan Donghae…

Entah akan benar- benar terwujud atau tidak.

Kubuka penutup kaleng dan mengambil kertas yang ada di dalamnya. Tapi aku langsung shock saat membaca kertas itu.

“Wae?” Kibum melirik kearah kertasku, tapi aku langsung mengelak. “Waeyo, Hyukkie?”

Aku berlari menghampiri Changmin dan para namja lainnya yang menanam time capsule mereka dibawah pohon. “Changminnie, dimana tempat Donghae mengubur time capsule-nya dulu?!”

Namja tinggi itu menatapku. “Wae? Donghae benar tak datang.”

“Dimana?!” Seruku kesal.

Dengan aneh Changmin menunjuk kesampingnya. “Dia mengubur tepat disamping time capsule-ku.”

Tanpa menunggu lagi aku langsung menggali lubang disana. Dan kutemukan kaleng milik Donghae. Tanpa menarik kaleng itu aku membuka penutupnya dan mengambil kertas harapan Donghae di dalamnya.

Ternyata benar! Kenapa dia melakukannya?!

~Hyukjae pov~

0o0o0o0o0o0o0o0o0

~Donghae pov~

“Kau tidak ke SD?” Sungmin hyung masuk ke dalam kamarku.

Aku menggeleng. “Malas.” Jawabku sekenanya.

“Apa yang kau lakukan terhadap Hyukjae?”

Mendengar pertanyaan hyung, aku menatapnya cepat. Apa yang kulakukan terhadap Hyukkie? Kenapa dia bertanya begitu.

“Dia menangis, loh.”

Me-menangis?

“Maksud hyung?”

“Yeojya itu ada di depan rumah dengan nafas tersenggal- senggal. Matanya merah dan masih ada bekas air mata dipipinya.” Sungmin hyung menatapku datar. “Kau itu kan namja, Hae. Tidak baik membuat seorang yeojya menangis. Sana temui dia.”

Hyukkie menangis? Apa dia sudah melihatnya?!

Dengan sesegera mungkin aku berlari keluar kamar meninggalkan Sungmin hyung.

BRAK! Aku membuka pintu depan dan langsung mematung. Di balik pagar rumahku, Hyukjae tengah berdiri sambil menunduk terisak.

“Hyu-Hyukkie?” Aku melangkah mendekatinya.

Yeojya itu mengangkat wajahnya dan menatapku tak percaya.

Catch me! Dia sudah membukanya…

“Ka-kau… Yang melakukannya?” Tanyanya setengah terisak sambil menarik nafas dalam- dalam. “Kau yang menukarnya, Hae?”

Aku terdiam dan berjalan mendekatinya.

“Jawab aku! Kau yang menukar harapanku dengan harapan di dalam time capsule milikmu, kan?!” Hyukkie langsung mengangkat dua kertas ditangannya.

Tanpa mengambilnya, aku sudah tahu isinya. Satu kertas itu adalah harapan Hyukkie yang mengatakan kalau dia ingin selalu bersama denganku. Dan satu lagi adalah harapanku yang mengatakan… Kalau aku ingin selalu bersama dengan Hyukkie.

Itulah kejahatan yang kulakukan lima tahun yang lalu…

Flashback~

Aku menatap lubang yang masih baru itu. Disaat semua siswa sudah kembali ke kelas, dengan perasaan was- was aku menggali lagi lubang tempat time capsule milik Hyukjae.

“Harapanku konyol? Memang kenapa? Aku yakin harapannya jauh lebih konyol!” Bisikku gusar.

Aku membuka penutup kaleng dan mengambil kertas didalamnya.

Saat itu aku terdiam membaca harapan Hyukjae.

Aku terkekeh pelan. “Dasar Hyukkie pabbo. Padahal harapannya sama konyolnya dengan harapanku.”

Flashback end~

Aku mematung.

“Kau tahu, alasan kenapa kita selalu bersama satu sekolah sejak lulus SD?” Tanyaku sambil membuka pintu pagar rumahku dan menarik Hyukkie masuk lebih kedalam.

Yeojya itu menggeleng.

“Aku sengaja.”

Mendengar jawabanku, yeojya itu menatapku.

“Aku sengaja mengambil SMP dan SMA yang sama denganmu. Meski sulit agar kita bisa terus sekelas, tapi nyatanya sejak SD dulu kita selalu sekelas sampai sekarang. Dengan aku masuk ke sekolah yang sama denganmu, itu akan membuat harapanku dan harapanmu terkabul.” Jelasku perlahan.

Hyukkie masih diam. “Kau… Bohong?”

“Kau tahu kan? Untuk mengabulkan harapan, pasti ada sesuatu yang harus dibayar. Aku menjadi namja pabbo yang harus selalu mengikutimu kemanapun kau melangkah. Itulah harga yang kubayar karena aku ingin selalu bersamamu dan mewujudkan harapanmu.” Kali ini aku tersenyum. “Ironis, ya? Dulu kau meledek dengan bilang kalau harapanku itu pasti konyol. Padahal sesungguhnya, harapan kita itu sama. Dan itu artinya, kita sama- sama konyol.”

“Tunggu!” Hyukkie mengarahkan telapak tangannya di depan wajahku.

“Tunggu?”

“ Jadi… Kau sengaja menukar isi time capsule kita?” Tanyanya. Tangisnya sudah selesai.

Aku mengangguk. “Aku sengaja. Karena jika ternyata kita tak bisa bersamapun, suatu saat kalau kau membukanya dan tahu kalau isinya kutukar, itu akan menjadi pengikat. Dari sebuah tulisan, itu akan menjadi kenyataan. Aku sudah menunggu lima tahun, Hyukkie.”

“Menunggu?”

“Menunggu agar kau membaca harapanku itu. Menunggu agar aku bisa mengatakan… Jeongmal saranghaeyo, Lee Hyukjae.” Kutarik kedua tangannya dan langsung memeluk yeojya itu erat.

Hyukkie terdiam. Dia tak memberikan respon apapun.

“Maaf karena sangat lama aku mengatakannya. Tapi inilah yang kurasakan sejak dulu. Mungkin kadang aku suka meledekmu. Tapi percayalah, itu kulakukan hanya karena aku ingin melihat semua reaksimu. Aku suka ekspresi marahmu, senyummu, tawamu, tingkah hyper-mu. Jika tak ada namja yang mau denganmu, akulah satu- satunya namja yang akan menerima semua tingkahmu.” Kucium puncak kepalanya lembut.

“Ha-hae… Kau serius?” Dia menengadah menatapku.

Kuusap kedua pipinya sambil mengangguk dan tersenyum. “Itu isi hatiku. Terserah kau mau percaya atau tidak.”

Perlahan air matanya kembali menetes. “Pa-pabbo! Kenapa kau harus menunggu lima tahun?! Kau pikir aku tidak lelah menunggu? Aku juga menunggumu. Menunggu kau mengucapkannya! Kenapa kau harus menunggu sampai aku yang datang sambil membawa harapan konyolmu itu, sih?! Hae pabbo!!” Serunya kesal sambil memukul dadaku perlahan dan terisak.

Aku terkekeh. “Kenapa, ya? Mungkin karena aku juga ingin kau membayar harga yang sama. Menungguku mengungkapkan perasaanku kepadamu selama lima tahun, itu adalah harga yang setimpal untuk terkabulnya harapan itu, Hyukkie.”

Yeojya itu diam sambil tetap terisak.

“Lalu, apa kau tak berminat menjawab perasaanku?” Aku mengingatkannya.

Kini Hyukkie menengadah sambil tersenyum manis kepadaku. “Pabbo. Tanpa ku jawab kau juga sudah tahu jawabannya. Dari dulu sampai saat ini, bahkan seterusnya, harapanku tak akan berubah. Aku ingin selamanya bersama denganmu.” Hyukkie langsung memelukku erat. “Nado, Hae. Nado saranghae.” Bisiknya.

Kudekap tubuh Hyukkie lebih erat.

Time capsule-ku… Time capsule-nya…

Harapanku… Juga harapan Hyukkie…

Dan harga yang harus kami bayar agar harapan itu menjadi kenyataan… Kami semua telah melewatinya. Dan sekarang, tinggal membuat harapan itu akan terus menjadi kenyataan selamanya.

Selamanya kita akan bersama.. Itulah time capsule sesungguhnya yang terkubur di dalam hati kami berdua.

.

~Fin~

=====================================================

a/n ::

oke, chingudeul~ keputusan atas pertanyaan yg kmrin aq bkal ambil jalan tengahnya dr smua jwaban kalian yaa..

untuk ff one shoot kaya begini aq akan post setelah crta itu slesai, tapi kalo berchappie kaya SOS akan aq post mungkin satu minggu sekali..

biar readers ngg terlalu capek bcanya..

dan aq jga punya jeda panjang buiat nulis crtanya… 😀

gomawo atas perhatiannya…..

😀