Our Memories

Our Memories

Pair :: HaeHyuk // Genderswitch

Rated :: K

Genre :: Sweet Romance

for Celi Sayuri aka Celullar~

.

.

Aku tak bisa tidur malam ini. Kuputuskan untuk duduk di ruang tengah. Menyalakan laptopku dan mulai mempelajari beberapa materi kantor yang harus kuselesaikan besok. Namun kegiatan itu justru membuatku semakin jenuh dan merasa penat.

Aku membuka new tab untuk Microsoft word dan memperhatikan layar putih yang kini terpampang. Menungguku menuliskan sesuatu yang penting atau tidak diatasnya. Apa yang akan kutulis? Aku tidak pandai merangkai kata-kata. Aku kan hanya seorang pekerja kantoran yang tiap harinya berkutat dengan bagan dan keuangan.

Tapi satu kenangan tiba-tiba muncul dipikiranku. Kenangan manis.

Kurasa aku ingin menulisnya.

0o0o0o0o0o0o0o0

Ini saat dimana kami pertama bertemu. Aku tak bisa mengingat kapan pastinya, yang pasti kenangan manis itu tak akan pernah kuhapus dari ingatanku.

Musim semi pertama ketika aku pindah ke Seoul…

.

“Umma, aku tak suka di Seoul! Aku ingin tetap di Mokpo!” seruku tanpa memperdulikan Sungmin hyung yang sudah geleng-geleng sambil mengangkat beberapa kardus yang kami gunakan untuk mengepak barang.

Hari itu, musim semi dimana seharusnya aku duduk di kelas 5 SD. Aku pindah dari Mokpo, kota kelahiranku, ke Seoul, kota kelahiran umma. Kami tinggal di Mokpo karena appa orang Mokpo, tapi appa meninggal setahun yang lalu. Itu alasan kenapa akhirnya umma memutuskan pindah ke Seoul.

“Umma yakin kau akan suka, Chagiya.”  Umma kembali meyakinkan.

Oh, ayolah! Sejak aku tahu kami akan pindah, itu yang dikatakan umma. Apa yang akan kusukai dari kota berisik ini? Mokpo jauh lebih tenang dan damai dibanding ibu kota Negara Korea Selatan ini.

“Jangan banyak merajuk, Donghae. Cepat bawa barang-barangmu naik.”

“Malas.” balasku sambil melirik Sungmin hyung. Aku memperhatikan perumahan yang ada disekitarku. Bentuk perumahannya hampir mirip dengan Mokpo, tapi tetap saja ini Seoul.

Tatapan mataku tertuju pada seorang gadis yang sepertinya seumuran denganku tengah jalan melewatiku sambil memakan ice cream. Dia memandangiku penasaran dengan matanya yang agak berbinar.

“Apa lihat-lihat?” ketusku kepadanya.

Sontak saja aku mendapat jitakan gratis dari Sungmin hyung. “Annyeong, Nona kecil.” Sungmin hyung menyapa dengan sangat lembut. “Maafkan bocah ini, ya.”

Kenapa aku yang disalahkan?!

Gadis itu berjalan mendekati kami dengan penasaran. “Apa kalian baru pindah kesini?” tanyanya tanpa ada perasaan takut sedikitpun.

“Bukan urusanmu.” Aku kembali menjawab dengan gusar dan untuk kedua kalinya aku dijitak oleh Sungmin hyung. “Sakit, hyung!”

Sungmin hyung tak memperdulikanku. Hyung yang lebih tua tiga tahun diatasku itu malah mendekati gadis aneh itu. “Nae, apa kau juga tinggal di daerah sini?”

Dia mengangguk sambil menunjuk sebuah rumah mungil yang tak jauh dari rumah baruku. Tiba-tiba dia tersenyum lebar dan memamerkan gusi merah mudanya dengan sangat polos. Itu membuat senyumannya terlihat aneh. “Lee Hyukjae imnida. Sudah lama rumah ini kosong, semoga oppa betah disini, ya.” ujarnya dengan sangat ramah.

Dia langsung berlari kecil meninggalkan kami. Sungmin hyung menepuk bahuku. “Ayo cepat rapihkan barang-barangmu.”

“Iya.” balasku kesal. Tapi kini tatapanku tertuju pada rumah yang ditunjuk anak itu.

Siapa namanya tadi? Lee Hyukjae?

.

.

.

Aku tak pernah menyangka kalau takdir mulai saat itupun mempermainkanku. Berawal dari pertemuan yang terlalu biasa untuk dikenang, senyuman perpisahan yang tidak terlalu memikat. Tapi entah kenapa dibalik kenangan yang biasa itu, aku justru tak bisa melupakannya.

Mungkinkah kalau terkadang sesuatu yang biasa itu akan membawa kita ke dunia yang luar biasa?

Ah, mungkin….

.

.

.

Setidaknya waktu berlalu sejak hari itu. Dan dengan sangat malu aku akui, aku dan gadis kecil dengan senyum aneh itu bersahabat. Bersahabat? Oh, yeah! Bersahabat. Just like that?

Ini ketika kami masuk SMP…

.

“Donghae, Donghae, lihat kesini deh, masa rambut Soojung di blonde!” Hyukkie, ya sejak kami bersahabat aku mulai memanggil Lee Hyukjae, gadis bersenyum aneh itu dengan nama Hyukkie.

Kedengaran manis bukan? Kekeke~

Aku melirik ke arah gadis pirang yang dimaksud Hyukkie. “Lalu?” tanyaku malas.

“Kalau rambutku di blonde, bagus tidak?” Dia bertanya dengan memasang wajah sok polos. Atau mungkin harus aku bilang sok bodoh? Haah.. Tapi wajahnya itu yang justru membuatku semakin tertarik padanya.

“Bagus, bagus, apalagi kalau kamu campur high-ligh merah muda, biru dan oranye. Pasti akan lebih bagus lagi.” balasku sambil nyengir dan melanjutkan membaca komik yang masih ada di atas mejaku.

Aku yakin, wajah Hyukkie pasti langsung kesal.

“Kau mau aku jadi badut?”

Kutatap dia yang memang sudah cemberut menatapku. “Yups! Hyukkie akan sangat manis kalau menjelma menjadi badut. Hahaha!” tawaku pecah saat mengucapkan kata-kata itu. Tapi aku langsung bungkam ketika Hyukkie memukul kepalaku kencang. “Sakit!”

“Dasar pabbo. Aku tak mau lagi bicara soal fashion denganmu.” Hyukkie langsung berjalan meninggalkanku dan memilih duduk bersama teman-teman yang sejenis dengannya. Sejenis disini maksudku adalah, para gadis tukang gossip yang hobi membicarakan fashion orang lain.

Hahaha!

Masa bodoh dengan dia. Yang penting aku bisa menggodanya.

.

Sejak hari itu memang Hyukkie tak pernah lagi membicara fashion denganku. Tapi entah kenapa satu bulan berikutnya Hyukkie benar-benar mencoba apa yang aku katakan. Dia mengecat rambutnya jadi blonde dan ditambah high-ligh berwarna putih.

Tentu saja itu tidak cocok untuknya!! Aku tak paham deh apa yang ada diotaknya.

Karena kubilang tak cocok, dia malah menangis seperti bayi dan membuatku frustasi. Akhirnya aku membawanya ke salon dan mengembalikan warna rambutnya seperti semula.

Sejak hari itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak memberikan saran-saran aneh kepada Hyukkie. Kalau dia mengikutinya lagi, akulah yang akan berada dalam masalah.

Tapi ternyata aku tak menepati janjiku itu…

.

.

.

Hubunganku dan Hyukkie memang kelihatan biasa. Tampak seperti dua orang sahabat baik yang kemana-mana selalu bersama. Karena bertetangga, umma dan ahjumma –umma dari Hyukkie- juga berteman dekat. Sungmin hyung juga sangat menyayangi Hyukkie. Bahkan terkadang dia menganggap anak itu sebagai adik kandungnya dan mengabaikanku.

Kakak yang jahat.

Tapi bukan itu masalahnya. Saat aku masuk SMA. Barulah aku sadar kalau aku memiliki satu hasrat terhadap gadis dengan senyum aneh itu. Aku mulai merasa kesal tiap kali ada namja yang mendekatinya.

Oke, katakan aku cemburu. Hanya saja bodohnya aku, saat itu aku belum menyadari cinta yang aku rasakan. Dan lagi-lagi membuat kesalahan. Fyuuh~

.

“Hae, Hae, kau tahu tidak? Katanya Junsu suka padaku, loh.” Hyukkie lagi-lagi bicara dengan nada polos tanpa dosa. Satu hal yang kubenci dari sifatnya itu, kenapa dia tak pernah bisa membaca keadaan.

Kutatap dia malas. Oke, SANGAT MALAS.

“Lalu? Apa hubungannya denganku?”

“Issh! Kau itu tak bisa diajak curhat, ya? Junsu mengajak kencan. Jadi sebaiknya aku pakai baju apa? Kalau kau suka gadis berpakaian apa kalau sedang kencan?” tanyanya lagi dengan penuh antusias.

Apa ini kencan pertamanya? Kenapa dia sebingung itu? Kemarin-kemarin kalau jalan denganku juga dia cuek setengah mati, kok! Huh.

“Pakai saja rok mini sama baju super ketat.”

“Hah?” Berani jamin saat ini dia pasti melongok aneh. “Serius?”

“Namja kan suka yeojya yang seksi-seksi.” jawabku lagi asal-asalan.

“Apa kau suka yang seperti itu? Tapi Sungmin oppa tidak suka kalau melihat yeojya berbaju seksi, loh.”

“Itu sih karena hyung-ku tidak normal dan aku namja normal.” Kuletakkan buku yang sebenarnya sejak tadi kupegang. Pembicaraanku dengannya benar-benar membuatku frustasi tanpa sebab. “Lagipula suka-suka kamu, lah. Mau pakai baju musim dingin juga tak ada hubungannya denganku. Kenapa harus bertanya tentang hal itu padaku? Hyukkie bodoh.” Aku langsung berjalan meninggalkannya.

Aku tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Yang aku tahu, aku kesal, dan itu pertama kalinya Hyukkie diam tak menggubris ejekanku.

.

Lagi-lagi tanpa sepengetahuanku, Hyukkie melakukan apa yang aku katakan. Dan itu membuat Junsu salah paham padanya. Aku baru tahu kalau Junsu juga tak suka dengan yeojya berpakaian minim dan setelah setengah hari mereka kencan, Hyukkie bilang Junsu sama sekali tak menyatakan cinta dan berlalu begitu saja.

Hyukkie datang padaku dengan wajah kecewa dan ingin menangis. Tadinya kupikir da suka pada Junsu dan sedih karena tidak mendapat pernyataan cinta. Tapi ternyata aku salah lagi. Yang membuatnya sedih ialah, ternyata tidak semua namja sepertiku yang menyukai yeojya seksi.

Dengan kata lain, hari itu dimata Hyukkie aku dicap sebagai namja YADONG. Karena suka dengan yeojya seksi. Huaaargh!! Aku benci pembicaraan tentang dunia fashion!

.

.

.

Yang berikutnya, adalah saat aku sadar kalau ternyata aku jatuh cinta pada gadis dengan senyum aneh itu. Ah, apa seharusnya aku merubahnya, ya? Senyum Hyukkie tidak aneh. Dia terlihat sangat manis dan polos. Mungkin aku saja yang memang memberi penilaian seenaknya.

.

“Hae, kau itu kenapa sih?”

“Kenapa apanya?”

“Lagi kesal yah? Sudah beberapa hari ini kau ketus sekali padaku. Aku bahkan tidak ingat kalau aku punya salah padamu, tapi kau tetap saja ketus. Ka marah ya sama aku?” tanyanya sambil menatapku dengan kedua matanya yang memang selalu terlihat polos.

Kutatap matanya dalam-dalam. Mencoba mencari jawaban paling tepat agar anak itu tak bertanya macam-macam lagi. Bagaimana caranya aku bisa merasa kesal hanya karena menatap matanya itu?

Aneh!

“Hyukkie.” panggilku.

“Ngh?”

“Bisa tidak kau berhenti menatap orang dengan mata seperti itu?”

“Eh, wae?” Satu pertanyaan bodoh lagi darinya. Dia duduk di kursi disampingku sambil mengeluarkan cermin dari saku seragamnya dan memperhatikan matanya yang terpantul di cermin kecil itu. “Ada yang salah dimataku?”

“Yak!” Dengan kesal kurebut cerminnya. “Sudah kubilang jangan genit jadi yeojya. Buat apa sih bercermin di kelas? Mau cari perhatian namja lain, yah?”

“Hah?” Hyukkie mengerutkan keningnya heran. “Hae, kau kenapa, sih? Sakit? Bukannya banyak yah yeojya yang membawa cermin atau make up ke sekolah? Kenapa aku tidak boleh?”

Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku gusar. “Oke! Yeoya-yeojya itu memang boleh melakukannya, tapi tidak untukmu. Aku tidak suka.”

“Kenapa kau tidak suka?”

Apa Hyukkie memang bodoh? Ah, IYA. Dia bodoh. Atau mungkin harus kukatakan SANGAT bodoh.

“Aku tak suka kau menarik perhatian namja lain selain aku. Arra? Pokoknya tidak boleh!” Aku langsung melempar cermin Hyukkie ke dalam tasku dan berlalu begitu saja meninggalkannya.

Bodoh! Bodoh! Aku mengatakan hal bodoh lagi.

Biarlah dia tahu kalau aku menyukainya. Kalau aku tak bilang begitu, anak bodoh itu tak akan paham perasaanku, kan? Eh, tapi.. Apa yang akan dilakukan Hyukkie?

“Hae!” Tiba-tiba seseorang menarik tanganku. Hyukkie.

“Apa?” balasku kesal. Sebenarnya aku malu. Hueehh..

Hyukkie beralih kehadapanku dan menatap mataku dalam-dalam. “Hae suka padaku, ya?”

Hah? Bagaimana bisa seorang yeojya menanyakan hal itu!

“Kau suka padaku, kan? Itu sebabnya kau marah. Kau cemburu?”

Bisa kurasakan kini wajahku memerah. Saking malunya aku hanya bisa menatap kearah lain untuk memutuskan kontak mata dengannya.

“Yeah! Aku tahu!” Tiba-tiba tanpa permisi Hyukkie sudah menarik tanganku. “Seharusnya aku yang menunggunya, tapi karena aku tahu kau tak mungkin mengatakannya duluan, biar aku yang mengatakannya.”

Mengatakan apa?

“Aku suka Hae.”

WHAT?

.

Hari itu seharusnya jadi hari terbaik, tapi buatku itu hari terburuk. Kenapa terburuk? Tentu saja karena Hyukkie menyatakan perasaannya duluan sebelum aku. Aku hanya bisa mengutuk kebodohanku yang tidak bisa menebak isi hati Hyukkie dan malah melancarkan aksi cemburu tanpa alasan.

Ternyata memang sulit menyadari cinta yang tumbuh kalau tidak ada salah satu pihak yang menyadarkannya. Kalau Hyukkie tidak didekati oleh banyak namja, mungkin aku tak akan menyadari perasaan ini. Dan barulah aku sadar, kenapa Hyukkie mengikuti semua saranku.

Aku benar-benar telat…

.

.

.

Part ini yang paling aku suka.

Kenangan paling manis ketika aku sudah bekerja. Dengan kata lain aku sudah berpacaran dengan Hyukkie selama tujuh tahun. Tak pernah kubayangkan kalau kami akan sampai selama ini. Bukan berarti hubungan kami tak bermasalah.

Hyukkie itu cemburuan dan teralu lambat menyadari sesuatu. Jadi kadang kita bertengkar. Tapi itu wajar, kan? Justru itu menunjukkan kalau kami berdua saling mencintai. Haha..

.

“Hmmm… Pepero Day?” Kutatap mata Hyukkie agak malas. “Tumben sekali kau ingin merayakan hari itu denganku? Padahal Valentine tahun ini saja kau sibuk dengan tugas-tugas di playgroup tempatmu bekerja.”

Hyukkie bergumam pelan sambil menyandarkan tubuhnya di pinggir tempat tidurku. “Kenapa, yah? Mungkin karena  sekali-kali aku ingin merayakan hal itu. Seperti anak perempuan pada umumnya.”

“Memangnya selama ini kau tak pernah merasakan apa yang dirasakan anak perempuan, eh?” Aku terkekeh sambil memainkan helaian rambutnya yang saat itu sudah panjang sampai sepinggangnya.

Hyukkie-ku yang dulu kubilang memiliki senyuman yang aneh, kini menjelma menjadi yeojya yang sangat manis dan cantik. Dia terkenal ramah dengan anak-anak dan sangat penuh perhatian.

Dimataku dia sempurna sekali. Berulang kali aku berterima kasih pada Tuhan karena mengirimkan malaikat manis itu untuk menememani hidupku.

“Kau sibuk?” Dia kembali bertanya.

“Aniya. Aku akan mengambil libur hari itu dan kita kencan seharian.”

“Jeongmal?” Kini kedua bola matanya berbinar samar saat menatapku. Dia tak bisa menyembunyikan kalau dia sangat bahagia mendengarnya.

Aku menarik Hyukkie kedalam pelukanku dan mencium kelopak matanya lembut. “Nae. Khusus hari itu. Aku ingin Hyukkie merasakan sesuatu yang biasa dirasakan anak perempuan lainnya.”

.

Dihari dimana Hyukkie maksud. Aku melamar yeojya itu.

Bukankah dia bilang ingin merasakan apa yang dirasakan anak perempuan pada umumnya. Dan itulah yang biasa dirasakan anak perempuan ketika dia menjalin hubungan terlalu lama dengan namja yang dicintainya.

Aku ingin mengikatnya. Membawanya ke dalam hidupku sepenuhnya dan memilikinya. Aku ingin membahagiakan Hyukkie, memakan sarapan yang dibuatkannya untukku tiap pagi, menatap wajahnya ketika aku tertidur dan terbangun. Aku ingin dia benar-benar menjadi bagian dalam hidupku.

Dan aku sukses.

Hari itu menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan oleh kekasihku itu. Aku mencintaimu, Hyukkie. Sangat mencintaimu.

0o0o0o0o0o0

“Hae…”

Aku tersentak ketika mendengar suara Hyukkie dibelakangku. Ketika aku menoleh, yeojya itu tampak berjalan pelan ketempatku duduk dan mengetik di ruang depan. Aku merubah posisi dudukku agar bisa menatapnya. “Kau terbangun? Apa aku membangunkanmu?”

Hyukkie menggeleng sambil duduk di sampingku dan melihat ke layar laptopku. “Eh, kau sedang apa?”

“Aku tidak bisa tidur malam ini. Iseng-iseng aku menulis sesuatu yang ada dikepalaku.” Aku bersandar di sofa dan membiarkan Hyukkie melihat apa yang sejak tadi kutulis.

Yeojya itu membacanya dengan seksama selama beberapa menit. Perlahan dia menoleh kearahku. “Ini kan kisah kita. Kau menulisnya? Tunggu, jadi kau berpikir senyumku aneh?” Dia menatapku tak percaya.

Aku hanya tertawa kecil. “Itu kan waktu kita pertama bertemu. Baca dong yang selanjutnya.”

“Mataku lelah.” Hyukkie menyandarkan tubuhnya disisiku.

“Ah, kau tidak boleh terlalu lelah, kan? Ayo cepat pergi tidur lagi.” Aku langsung menyimpan file yang tadi kutulis dan mematikan laptopku. “Kalau kau terlalu lelah, itu tidak baik buat anakku.”

Hyukkie menggembungkan pipinya kesal. “Ini kan juga anakku.” ujarnya sambil mengusap perutnya.

Aku tertawa sambil menarik Hyukkie bangun perlahan. “Tidak, tidak, ini anakku.” godaku dan membuat Hyukkie semakin kesal.

Aku dan Hyukkie menikah sekitar satu setengah tahun yang lalu. Dan saat ini Hyukkie manisku itu tengah mengandung anak kami. Usia kandungannya baru memasuki empat bulan, tapi itu sudah membuat perutnya terlihat membesar.

Lucu sekali kalau membayangkan ada seorang bayi mungil yang tengah meringkuk didalamnya.

Aku menuntun istriku itu masuk ke kamar. Kini dia berbaring disampingku dan aku hanya bisa memeluknya sambil sesekali mengusap perutnya itu.

“Apa yang kau pikirkan?” tanyaku pelan.

“Tidak ada. Aku hanya memikirkan apa yang akan terjadi kalau nanti anak ini lahir. Dia akan mirip siapa? Apakah dia akan menjadi anak yang pintar dan penurut? Apakah dia akan membuat masalah nantinya? Kadang aku merasa takut dan khawatir. Aku takut tidak bisa menjadi seorang umma yang baik.” Hyukkie menoleh kearahku. “Aku berlebihan, ya?”

Kutatap matanya dalam. “Tidak. Itu wajar. Tapi kau tidak boleh terlalu takut. Kau tahu aku akan ada disini bersamamu. Kita akan merawat anak itu bersama dan mendidiknya dengan baik agar dia tumbuh menjadi orang berguna kelak.”

Sebuah senyum terluas di wajahnya. Kini dimataku, senyumannya tidak lagi berarti polos, manis atau mungkin aneh. Senyuman Hyukkie jauh terlihat menentramkan hatiku, bijaksana dan mampu mengubur semua rasa penatku.

Aku suka senyumannya.

Kupeluk Hyukkie dan mencium kedua kelopak matanya lembut. “Hyukkie, terima kasih karena kau telah menjadi bagian dalam hidupku.”

Hyukkie kini memelukku erat. “Dan terima kasih karena kau telah memilihku sebagai bagian dari hidupmu. Saranghae.”

Kudekap tubuhnya erat sambil memejamkan mataku. “Jeongmal saranghae. Saranghaeyo yeongwonhi.” bisikku pelan sebelum aku benar-benar merasa kantuk mulai menyerangku.

Aku akan melindunginya. Melindungi anakku yang tengah dikandungnya. Aku menyayanginya. Aku sangat menyayanginya. Menyayangi mereka.

Tuhan.. Terima kasih.

.

.

~The end~

=======================================================================

a/n ::

for CELLULAR my dongsaeng~ #plakk

CELI SAYURI.. ^^

ini dia haehyuknya.. dan sesuai perjanjian kita, aku tunggu zhoury yg kamu janjiin itu buatku, arra? ^^

hope you like it..

dan buat all readers yg mau request juga boleh~

tapi yah itu.. aku ga janji, cuma mungkin akan aku tampung request kalian.. hhehe

keep hwaiting all!!

15 thoughts on “Our Memories

  1. kekeke. . . Terbayang gummy smile si hyukkie. . . Manis banget. . . Eonn bikinin sequelnya dong. . . Aku pngen tau anaknya haehyuk kyak gmana? Pemasaran bgt. . . o.o

  2. snyuman swmiku d blg aneh,,
    Haeppa seneng banget ngatain hyukkie,tpi ujg2nya malah jatuh cinta,,,
    Ckckck,,,

    Crita@ manis bgt,semanis si unyuk,,,
    Wkwkwk,,,,

  3. Aku gatau harus bilang apa OwO
    Awalnya kupikir ini FF angst yg hyuk sama hae berpisah, ternyata malah jadi suami istri XDD

    Keep writing, ne?

  4. Selallu , selalu dan selalu DAEBAKKK~
    Jempol deh eoon 🙂

    Reques boleh ? Kyumin yg genderswitch 🙂

    Atw 2MIN , jarang banget tuh anak 2 muncul .. Hehhehee ..
    Fightinng~

  5. wuaa haehyuk. .moment mereka manis bgt. .entahlah suka ma ni couple. .apalg klo critanya yg so sweet spt ini. .(#^_^#) . .

    ehh ya yg white house dtunggu klanjutannya. .haehyuk jekekeke. .

    request? ?2min wuaa menurutku mereka imut”. .dan jrg nemuin mereka. .*ato mgkn q yg g tau hehe

    keep writing. .

  6. Manis… Mau punya kenangan spt itu, tp sayangnya blm kejadian nih*pasrah*
    senyum hyuk aneh?!!senyumnya itu keliatan polos n ceria. Sy tunggu moment manis lainnya…

  7. huwehehehehehe*ktwa setan..**plakk*
    hahahahahhahahaa(?)
    mwo? mksdx donghae umin gg normal pa dya pcrn 5 si kuyu??
    kkkkk HaeHyukk!!!!! moga langgeng nde
    ???? muah3x

Leave a reply to aoki kumiko Cancel reply