Together
Pair :: ElVin (Eli-Kevin U-Kiss)
Rated :: K
Genre :: Romance
a/n :: Karena si author lagi tergila-gila sama cinta segitiganya ElVinSeop, jadi jangan aneh kalau disini Kiseop juga muncul sebagai pihak ketiga. ^^
Karena ini ff u-kiss, jadinya mungkin feelnya kurang ada. Jadi buat kalian yang bukan KissMe, mending jangan baca. Karena takutnya jadi tertarik -#plakk-. Maksudnya, takutnya malah ga paham sama tokohnya. Haha! >.<
.
.
“Ah, Jepang~” Kevin menghela nafas panjang saat melangkah keluar dari bandara Haneda pukul dua dini hari. Matanya sudah sangat mengantuk. Karena take off di Korea malam-malam, dia harus sampai di Jepang jam segini. Ingin rasanya langsung tertidur di kasur yang empuk.
Eli dibelakangnya langsung menarik Kevin masuk ke mobil sedan hitam yang menjemput mereka berdua. Setelah masuk, diliriknya Kevin yang kembali menguap. “Kau lelah sekali, ya?”
“Tentu saja. Memangnya kau tidak mengantuk, Eli-yah?”
Eli tersenyum kecil sambil bersandar dan memejamkan matanya. “Mana mungkin aku tidak mengantuk. Kau tidur saja, kita akan cukup lama sampai di hotel.”
Kevin mengangguk sambil ikut memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama baginya untuk bisa tertidur, karena saat itu juga Kevin langsung tertidur pulas. Padahal Eli disampingnya masih belum terlelap.
Eli menatap jam digital di layar ipad-nya. Sudah jam setengah tiga pagi. Jadwalnya, besok siang mereka akan bertemu dengan Jamosa, seorang diva Jepang yang ingin bertrio dengan mereka berdua di lagu terbarunya yang berjudul Together. Untungnya mereka akan bertemu jam dua siang, jadi sampai saat itu masih banyak waktu istirahat.
Sesuatu perlahan bertumpu di pundak Eli. Ketika namja tampan itu menoleh, Kevin sudah menyandarkan kepalanya di pundak Eli tanpa sadar. Mata indah namja itu tetap terpejam. Nafasnya terdengar teratur dan dia sama sekali tidak mendengkur. Saat itulah seulas senyuman terlihat diwajah Eli.
Matanya yang tadi lelah, kini tampak sedikit berbinar. Entah rasa kantuknya hilang kemana saat dia melihat Kevin tertidur sangat lelap. Muncul satu keinginan untuk mencoba menyentuh namja cantik itu. Tanpa ragu, digerakkan tangannya mengusap pipi tirus Kevin yang lembut.
“Ya, kau… Kau mencoba menyentuhnya selagi dia tidur, Kyoungjae?” Manajer mereka yang duduk di kursi depan terkekeh tanpa menoleh. Sepertinya dia melihat kelakuan Eli dari kaca spion mobil tanpa diketahui.
Eli mengerutkan keningnya sambil menarik tangannya menjauh dari wajah Kevin. “Ya, hyung. Jangan bicara aneh-aneh.”
Manajer itu semakin terkekeh pelan. “Jangan bohong, aku tahu rahasiamu. Kau kira Dongho tidak menceritakannya padaku, eh?”
Saat itu juga wajah Eli merona malu. “Dongho?!”
“Ya, anak itu cerita banyak tentang kalian. Itu alasan kenapa aku tahu rahasia kalian.” goda si manajer dengan wajah licik. “Tapi tenang saja kau. Aku tidak bermulut besar, jadi aku tak akan balik menceritakannya ke orang lain.”
Eli bergerutu dengan bahasa Inggris sambil menatap keluar kaca mobil. Kini dadanya mulai berdegup kencang. Dalam hati, dia berjanji akan melaporkan Dongho ke member U-Kiss yang lain agar jangan bercerita apapun ke magnae itu. Ketahuan mencoba meraba wajah Kevin oleh hyungnya, itu memalukan.
0o0o0o0o0o0o0
Tokyo, 08.00…
“Hyung, jam berapa kita berangkat ke studio?”
Manajer hyung melihat jadwal mereka yang sudah ada di tangannya. “Jamosa-sshi sudah ada di studio sejak pagi, tapi kita akan berangkat jam satu nanti. Wae?”
Eli menggeleng pelan sambil bergegas masuk ke kamarnya, yang juga merangkap kamar Kevin. Kini si cantik itu sudah duduk di tepi tempat tidurnya dengan mata setengah terpejam. Tanpa memperdulikan Eli yang tengah memperhatikannya, Kevin melangkah lunglai masuk ke kamar mandi dan melakukan rutinitas paginya. Sikat gigi.
Setelah beberapa saat, Kevin keluar dengan wajah lebih segar. “Ohayou, Eli-yah.” Senyumnya terulas.
Eli mengangguk sebagai balasannya dan duduk di tepi tempat tidurnya. “Kau masih mengantuk? Tidur saja, kita akan berangkat jam satu siang nanti.”
“Aniya, aku sudah jauh lebih segar. Kau sendiri? Kau sepertinya tidak langsung tidur semalam? Ah, gomawo nae. Kau yang membawaku ke kamar, ya?”
Eli tertawa kecil sambil memainkan rambut coklatnya. “Untungnya kau itu ringan, Kev. Jadi dengan mudah aku bisa menggendongmu. Aku dan Jungil hyung tidak tega membangunkanmu. Wajahmu seperti anak-anak saat tertidur.” godanya sambil menyunggingkan senyum anehnya.
“Pigeonnie!” Entah sadar atau tidak, Kevin mengerucutkan bibirnya dan membuat wajahnya kini terlihat sangat manis. Jeongmal neomu aegyeo. Dan setidaknya itu bisa membuat Eli agak tercengang.
Sepagi ini diberikan sarapan ke-aegyeo-an Kevin. Jarang sekali, kan?
Sebelum salah satu dari mereka bicara, ponsel Kevin berdering samar. Kevin duduk di tepi tempat tidurnya sambil mengambil ponsel yang masih di dalam saku jaketnya semalam. Sebuah panggilan. Kevin tersenyum kecil sambil melirik Eli. “Kiseop.” katanya, tanpa menunggu Eli bertanya.
Raut wajah Eli berubah saat mendengar nama itu. Memang sebenarnya Kevin dan Kiseop tak memiliki hubungan apapun, tapi Eli tetap saja kadang merasa cemburu dengannya. Kevin dan Kiseop selalu tampak serasi juga kompak dimanapun. Kevin sendiri mungkin menganggap semuanya sama, tapi belum tentu Kiseop begitu.
Dimata Eli, Kiseop adalah namja yang paling diwaspadai.
Dan kini, Eli memperhatikan tiap perubahan raut wajah Kevin yang tengah bicara dengan Kiseop. Kadang seperti sebelumnya, tanpa Kevin sadari dia bertingkah laku sangat menggemaskan. Kadang dia bicara dengan nada manja, atau sesekali tertawa. Sadar akan diperhatikan, Kevin melirik Eli.
“Kau mau bicara dengan Kiseoppi?” Senyum lembut Kevin terulas. Dengan cepat Eli menggelengkan kepalanya dan berbaring santai. Kevin kembali bicara dengan Kiseop, tapi dia langsung menyudahi pembicaraan mereka dengan mengingatkan Kiseop kalau telepon keluar negeri itu mahal.
Setelah itu, Kevin meletakkan ponselnya asal dan berdiri. “Kau sudah sarapan, Eli-yah?”
“Belum. Kau mau sarapan?”
“Bagaimana kalau kita cari takoyaki? Aku ingin sekali makan takoyaki.” Kevin terkekeh sendirian sambil berjalan meninggalkan Eli yang sudah kembali bangun dan mengikuti Kevin. Kevin menoleh lagi menatap Eli. “Atau… Kau mau sarapan ala barat?” tawarnya kemudian.
Eli sangat tahu sifat Kevin yang sangat pengertian. Sebagai sesama orang yang tumbuh di luar negeri, wajar kalau Kevin bisa menebak pikiran Eli yang mungkin merindukan masakan ala barat. Eli hanya menggeleng kecil sambil menepuk kepala Kevin. “Lebih baik kita cari takoyaki saja.”
“Bagaimana kalau dua-duanya?” tawar Kevin lagi dengan semangat.
“Kau kelaparan, eh?”
“Jokta.” Kini Kevin sudah mehrong kearah Eli sambil menatap dalam mata namja itu. “Ppaliya!” Detik berikutnya Kevin sudah menarik tangan Eli dan membawanya keluar dari kamar hotel tempat mereka menginap.
Dalam hati, Eli tampak sedikit malu ditarik begitu oleh Kevin. Jika saja Kevin memang miliknya, mungkin Eli tak bisa tahan untuk tidak memeluknya. Namun sekarang, Eli hanya mengusap rambut coklat Kevin yang halus dan tersenyum lembut kearahnya.
Di usia mereka yang kini dua puluh tahun dalam hitungan sebenarnya, entah kenapa Eli tampak jadi jauh lebih dewasa dibanding Kevin. Dan juga tanpa Eli sadari, sepertinya Kevin merasa tenang jika bersamanya. Mungkin bersama orang bertubuh besar seperti Eli bisa membuat Kevin merasa terlindungi.
0o0o0o0o0o0o0
Judul lagu yang akan mereka bawakan bersama adalah Together. Sebuah lagu berlirik manis dengan instrument yang cukup bernuansa Jepang. Dan saat ini, Kevin dan Eli tengah mendengarkan pengarahan kecil dari Jamosa, seorang penyanyi Jepang yang banyak berduet dengan banyak penyanyi ternama.
“Ah, wakarimasu. Hontou ni arigatou, Senpai.” Kevin mengangguk sekali saat Jamosa menerangkan cara pelafalan lirik yang benar. Karena Kevin ataupun member U-Kiss lainnya sering mengadakan konser di Jepang, Kevin cukup pandai berbahasa Jepang.
Tapi Eli tidak terlalu bisa…
Alis namja itu tertaut sesekali saat mencoba melafalkan lirik lagu bagiannya. Ada beberapa kosakata yang pelafalannya aneh. Namun dengan cepat Eli bisa beradaptasi dengan lagu itu. “Ah, senpai. Apa aku tidak dapat bagian nyanyi?” Eli tertawa sendiri saat melontarkan pertanyaan itu.
“Ya, kau mau merebut posisi Kepin?” Jamosa bertanya balik. Kevin kembali menatap Eli agak cemberut. “Aku tak yakin Kepin bisa menggantikan posisimu. Sou desu nee, Kepin-kun?”
Kevin mengangguk. “Hai, aku kan bukan rapper. Suaraku hanya untuk menyanyi. Eli-yah, kau mau menjadi penyanyi juga? Bilang saja pada produser untuk menggeser posisimu. Mungkin kau bisa bertukar dengan Kiseoppi.” goda Kevin.
Hanya saja Eli tidak tertawa. Ada perasaan kesal karena Kevin membawa-bawa nama Kiseop. “Kenapa menggantikan Kiseop? Dia kan juga tidak terlalu handal rap.”
“Memangnya kau mau menggantikan Hoonmin? Atau menggantikan posisi Soohyun-hyung? Ah, kalau kau mau menggeser Soohyun-hyung, kau akan dipukul duluan olehnya.” Tawa Kevin dan Jamosa pecah dan itu membuat Eli gantian cemberut. Sadar kalau leluconnya membuat Eli kesal, Kevin langsung memeluk Eli manja. “Just kidding, Eli-yah. Don’t angry, please.”
“Shikkeureo, Kevin-ah.” Balas Eli kesal sambil berusaha melepas pelukan Kevin. Tapi bukannya melepaskan, Kevin malah tertawa sambil memeluk Eli lebih erat.
“Why? You don’t like it?” Kevin masih terkekeh.
“Aniya!” Eli mulai menggoyangkan tubuhnya, setengah meronta. Namun kini wajahnya sudah merona habis-habisan dan itu membuat Kevin agak kaget. Kevin melepaskannya dan Eli beralih agak menjauh. “Kau ini kenapa, sih?”
“He, doushite?” Kevin memiringkan kepalanya tak paham.
“Jangan peluk-peluk aku. Aku tidak suka.” Balas Eli agak disentak dan langsung membuat Kevin diam. Sebelumnya, Eli tak pernah marah pada Kevin. Kalau marah bohongan sih sering, tapi saat itu tak ada kebohongan di wajah Eli.
Dia tampak serius.
“Sorry.” Kevin menggaruk belakang kepalanya dan beralih menatap lirik lagu yang dipegangnya dan mulai menghafal nada lagunya. Jamosa yang ada diantara mereka tak terlalu menyadari atmosfir aneh diantara kedua namja itu.
Eli juga tampak tak enak hati pada Kevin. Namun harga dirinya menolak untuk bicara lebih dulu. Mood-nya mulai aneh gara-gara Kevin membawa nama Kiseop dalam pembicaraan mereka tadi. Ya, dia cemburu.
0o0o0o0o0o0o0
Korea, 13.00…
“Aku pulaaaang!” Kevin masuk ke dalam dorm dengan semangat. Namun tak ada sambutan yang di dapat. Dorm kosong melompong. “Hey, everybody! Anybody home?”
“Empty, Kev.” balas Eli tanpa minat sambil berbaring di sofa. Namja itu tidak bisa istirahat saat di pesawat. Dan sekarang dia benar-benar ingin beristirahat. Kegiatan di Jepang membuatnya lelah. Hanya satu hari untuk mempelajari lirik dan melakukan take vocal. Mengingat jadwal U-Kiss yang padat, mereka benar-benar harus kerja cepat. “Kita ada jadwal nanti malam, lebih baik kau istirahat.”
“Nae.” Hanya itu balasan Kevin. Karena aksi marah Eli kemarin di Jepang, Kevin jadi agak canggung. Belum lagi Eli sedang lelah, dia takut Eli marah lagi padanya. Entah kenapa, Kevin merasa takut Eli membencinya.
Baginya, mungkin karena Eli sahabat terbaiknya. Mungkin…
CKLEK! Pintu dorm kembali terbuka. Kali ini Kiseop yang datang.
“Kisippi!” Saat itu juga Kevin menghampiri namja tinggi itu dan memeluk lengannya. Tentu saja kelakuannya itu membuat Eli yang tadi berbaring langsung duduk tegap memperhatikan mereka. “Yang lain mana?”
“Soohyun hyung dan Hoonmin ada di kantor, Dongho ada pertandingan baseball dan Jaesop ada di studio latihan bersama Ryujin hyung. Ah, kalian berdua lebih baik istirahat saja sampai nanti sore.”
“Kau mau kemana?” Kevin bertanya antusias.
“Mau ke studio rekaman dengan Ahn noona.”
“Aku ikut.” Kevin menarik ponsel yang ada di tasnya dan menatap Eli yang sudah berbaring lagi. “Eli-yah, kau mau ikut?”
“Ani. Pergi saja sana.”
Lagi, Kevin langsung diam saat Eli bicara dengan nada ketus kepadanya. Seingatnya, dia tak banyak bicara dengan Eli, kenapa anak itu jadi bersikap menyebalkan pada Kevin? Tanpa bertanya, Kevin langsung mengangguk dan berjalan ke kamarnya untuk mengganti pakaian.
Kiseop kini berdiri memandangi Eli. “Hey, apa-apaan tadi kau bicara? Ketus sekali.”
“Aku mengantuk. Jangan ganggu aku dulu.” jawab Eli sambil memutar tubuhnya memunggungi Kiseop yang hanya geleng-geleng tak mengerti. Kiseop tahu kalau Eli menyukai Kevin, semua member tahu— Oke, semua member kecuali Kevin. Tapi dia tak tahu kenapa Eli bersikap seketus itu kepada Kevin.
Itu aneh.
‘Apa sesuatu terjadi di Jepang?’ batin Kiseop heran.
0o0o0o0o0o0o0
“Eli-yah… Gwaencahana?” Malam itu, Kevin datang ke kamar Eli. Perasaannya tidak enak mengetahui temannya itu selalu bersikap ketus padanya. Kehadirannya disambut Eli dengan tampang santai. Seperti biasa.
“Nae, waeyo?” Eli balik bertanya sambil tersenyum.
Melihat senyuman Eli, entah kenapa perasaan Kevin jadi lebih baik. “Aku mencemaskanmu. Sejak kemarin kau kelihatan tidak enak hati.” ujarnya sambil duduk disamping Eli dan memandanginya. “Aku takut kau marah padaku.”
“Mianhae, aku sepertinya agak kelelahan.” Eli mencoba tersenyum sesantai mungkin. Mana mungkin dia bilang terang-terangan kalau dirinya cemburu pada Kiseop yang selalu disebut oleh Kevin.
Kevin menghela nafas lega. “Untung deh. Aku benar-benar takut kau marah padaku. Lain kali jangan seperti itu lagi, loh.”
“Memang kenapa kau takut?”
Kevin hanya mengangkat bahu. “Mungkin karena aku tak mau kau marah. Mungkin juga karena aku takut kau marah karena aku. Atau mungkin karena aku tak mau sesuatu terjadi padamu. Macam-macam, lah.” Namja itu terkekeh sendirian. “Aku dan Eli kan selalu bersama, jadi kalau kau bersikap aneh, aku pasti akan sangat khawatir.”
“Apa alasannya hanya karena kita selalu bersama?” Eli balik bertanya sambil menatap Kevin serius. Hanya saja, dimata Kevin tatapan serius itu memiliki arti yang lain. Tidak bermakna sama dengan cara Eli menanyakannya.
“Dulu, kau, aku dan Xander hyung adalah tiga member yang berasal dari luar. Sekarang tinggal kau dan aku, dan itu mungkin alasan kenapa aku jadi jauh lebih memperhatikanmu. Karena itu kita selalu bersama biar bisa saling membantu.” jawab Kevin polos sambil tersenyum lembut.
Jawaban itu tentu saja membuat hati Eli tersayat. Baginya, Kevin lebih dari segalanya. Itu alasan kenapa dia selalu ingin berada di sisi Kevin. Dia ingin menjadi orang yang penting, lebih dari teman yang selalu bersamanya.
“Oh, ya.”
“Kau mau keluar denganku dan Kiseop?” Kevin kembali bertanya.
“Kiseop?”
“Nae, Kiseop mengajakku jalan keluar mencari udara segar. Kau mau ikut tidak? Pasti perasaanmu akan lebih baik lagi.”
“Tidak mau.” Eli langsung berdiri sambil membuka lemari pakaiannya dan mengambil mantelnya. Dengan dingin, dia menatap Kevin datar. “Kau tahu, Kev?”
“Ng?”
“Kau bilang, kita selalu bersama. Tapi kau sebenarnya jauh lebih sering bersama Kiseop. Aku tak butuh kau, kalau kau hanya menganggapku teman yang sama dengamu. Lebih baik, kau perhatikan saja Kiseop sana.” ujarnya dengan dingin dan langsung meninggalkan Kevin yang melongo tak percaya.
Saat di depan kamar, Eli berpapasan dengan Kiseop. “Eli? Kau mau ikut_”
BUGH! Eli mendorong bahu Kiseop kasar dan berjalan melewatinya begitu saja.
Tentu saja Kiseop tercengang dibuatnya. Dan saat dia menatap kearah Kevin. Kedua bola matanya langsung terbelalak kaget. “Kevin? Kenapa kau menangis?!”
0o0o0o0o0o0o0o0
Eli termenung di taman yang kosong. Sudah jam sepuluh malam, dia masih tak ingin kembali ke dorm. Dia dengar saat Kiseop berseru kaget dan bertanya kenapa Kevin menangis. Dia tak tahu kalau kata-katanya bisa membuat Kevin menangis, tapi dia juga tak ingin berbalik untuk menenangkan Kevin.
Sekali lagi, harga dirinya tak mengizinkannya.
“Ah, stupid Kim Kyoungjae!” gerutunya sambil mengacak rambutnya frustasi. “Kau itu kenapa jadi mudah marah begini, sih? Cemburu juga kan ada batasnya! Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh!”
PLETAK!! Tiba-tiba sesuatu yang keras mendarat dikepalanya.
“Aish! Who the hell?!” serunya tak terima.
“Jangan bicara pakai bahasa Inggris, dasar blasteran.” Dari arah pandang Eli, dilihatnya Kiseop berjalan mendatanginya sambil menenteng plastik yang cukup besar. Entah apa isinya. “Baru aku mau mencarimu, ternyata kau sedang melamun disini. Awas nanti dirampok orang.”
“Sekalipun ada yang merampokku, paling juga itu kau.” balas Eli gusar sambil mengambil benda yang tadi dilemparkan Kiseop. Sekaleng cola yang masih ada isinya. Pantas saja rasanya sakit sekali ditimpuk pakai itu. “Apa itu? Disuruh belanja sama Soohyun hyung?”
“Bukan, ini inisiatif namanya.” Kiseop terkekeh sambil duduk disamping Eli. “Kau kenapa? Kevin sampai kau bikin menangis begitu.”
“Eh, dia serius nangis?”
“Ya! Kau kira dia menangis bohongan. Kau tahu dia itu sangat sensitif. Mendengar ucapan yang dingin seperti itu, wajar kalau dia menangis sambil kebingungan. Tega sekali kau, Kyoungjae.”
Lagi-lagi Eli menggaruk kepalanya frustasi. “Aku tidak sepenuhnya salah, kok. Kevin saja yang membuatku kesal.”
“Wae? Kata Kevin,” Kiseop menarik nafas sebentar sambil mengambil satu kaleng coke dan membukanya. Perlahan ditenggaknya dan dia menatap Eli sambil tersenyum aneh. “gara-gara aku, ya?”
‘Catch me!’ batin Eli sambil membuka kaleng cola yang ditangannya dan menenggaknya banyak-banyak. “Kevin cerita apa?”
“Dia bercerita banyak…”
.
Flashback~
“Kevin? Kau menangis?!” Kiseop langsung menghampiri Kevin dan duduk dihadapan namja cantik itu. Sesekali, dia menoleh kebelakang. Siapa tahu Eli ada dibelakangnya, karena dia tahu pasti Eli yang membuatnya begitu. “Apa kau bertengkar dengan Eli?”
Kevin hanya mengangkat bahu sambil menghapus air matanya. “Aku tak tahu, kenapa Eli jadi sangat sensitif padaku. Dia sampai bilang kalau dia tak membutuhkanku dan sebaiknya aku memperhatikanmu saja.” jawabnya lirih. “Apa yang salah denganku?”
Mendengar jawaban Kevin, tentu saja Kiseop mengerutkan keningnya keheranan. “Kok bawa-bawa aku? Kenapa dia marah dan sampai bilang begitu?”
“Mollayo, Kiseop-ah. Padahal aku hanya mengajaknya jalan-jalan keluar denganmu.” Kevin menatap Kiseop. “Apa aku melakukan sesuatu yang buruk? Aku benar-benar tidak tahu. Waktu di Jepang juga begini.”
“Kev,” Kiseop beralih dan duduk disamping Kevin. “dia itu cemburu?”
“Hah? Cemburu kenapa?”
Kiseop benar-benar lelah menatap Kevin. Padahal Kevin terbilang lumayan pintar, tapi kenapa dia jadi agak bodoh kalau soal ini. “Kau itu payah, ah. Kau mengajaknya jalan keluar denganku, dan tiba-tiba dia marah. Itu tandanya dia cemburu!”
“Loh, kenapa dia harus cemburu?”
Rasanya, Kiseop benar-benar ingin menjitak kepala Kevin. “Pabbo, Woo Sunghyun! Kau masih saja bertanya kenapa dia cemburu. Aku tanya sekarang, kalau orang cemburu itu artinya apa?”
“Ah, mana aku tahu! Ada banyak alasan kenapa orang cemburu.” Kevin menatap langit-langit ruangan itu sambil berpikir. “Satu, karena ingin diperhatikan. Dua, karena tak suka melihat orang disukai dekat dengan orang lain. Tiga, karena memang tipe pencemburu.” Namja cantik itu kembali menatap Kiseop. “Kalau Eli?”
“Kevin, bodoh juga ada batasnya tahu!” Kiseop langsung mendorong dahi Kevin pelan sambil tertawa geli. “Kasihan sekali Eli.”
“Kasihan?”
Kiseop kini tersenyum lembut menatap Kevin. “Bagimu, apa arti Eli?”
Kevin menunduk dengan tampang berpikir. “Arti? Sama seperti artimu untukku. Dia sangat berarti. Dia orang yang selalu ada disisiku kapanpun aku membutuhkannya. Dia salah satu bagian dari U-Kiss. Dia sudah seperti kakak bagiku. Karena kami selalu bersama, dia orang yang sangat penting.”
“Hanya karena itu?”
“Memangnya karena apa?”
“Bagaimana kalau…” Kiseop agak canggung sendiri sebelum dia melanjutkan kata-katanya. “Kalau dia menyukaimu?”
“Waeyo?” Kevin kini mengerutkan keningnya. “Aku juga suka dia. Dia sahabat yang baik.”
Ukh! Kiseop benar-benar kesal sekarang.
“YA!” Diraihnya bahu Kevin kasar dan ditatapnya mata namja itu dalam-dalam. “Suka yang berbeda. Suka yang berlandaskan cinta. Kau tahu kenapa dia cemburu? Itu jelas-jelas karena dia menyukaimu. Mencintaimu. Bagaimana bisa kau tidak paham, eh?!”
Kedua bola mata Kevin membulat sempurna. “Di-dia suka padaku?!”
.
Flashback end~
.
Kini, Eli yang menatap Kiseop horror. “Ya, kau!!! Apa yang kau katakan?! Sekarang, aku harus pasang tampang apa kalau bertemu dia?! Aku benar-benar tidak mau pulang ke dorm!”
Disampingnya, Kiseop tertawa jahil. “Kau tahu, dia hanya melongo saat kubilang begitu. Nyawanya seakan keluar dari raganya. Karena itu aku keluar untuk membelikannya makanan yang disukainya. Siapa tahu nyawanya akan kembali.”
“Pabboya, Lee Kiseop! Jeongmal pabboya!” Eli benar-benar frustasi sekarang. “Lalu, apa ada yang bertanya kenapa Kevin jadi mayat begitu?”
Kiseop mengangguk cepat. “Dongho bertanya sebelum aku keluar. Jaesop juga kelihatan sangat bingung, karena saat dia mau mendekati Kevin. Kevin langsung jatuh terbaring dengan wajah shock. Dia benar-benar nyaris mati.” tawanya pecah setelah mengatakan kalimat itu. Namun dengan cepat Eli memukul kepalanya dengan kaleng cola-nya. “Appo!”
“Sumpah! Kau itu idiot! Arrggh!! Aku serius tidak mau pulang sekarang!!”
“Siapa suruh dia jadi manusia terlalu bodoh, aku kan jadi sebal. Kau juga sama bodohnya. Bukannya jujur, malah diam saja dan marah-marah tidak jelas begitu.”
Sesungguhnya, yang dikatakan Kiseop benar. Kalaupun hal itu terjadi pada Soohyun atau yang lain, mereka juga akan mengatakan apa yang Kiseop katakan pada Kevin.
“Kau kira mudah? Aku dan Kevin itu sama-sama namja, cinta yang seperti ini sulit dijelaskan. Kalau, Kevin bisa menerimanya dan tidak menganggapku aneh. Bagaimana kalau Kevin tak terima dan berbalik menjauhiku habis-habisan?” Suara Eli terdengar berat disaat dia menunduk dalam. Sekali, Eli menghela nafas panjang.
Kiseop juga bisa memahami hal itu. Memang member U-Kiss yang lain tidak menganggap Eli aneh dengan menyukai Kevin. Pada dasarnya, Kevin memang kadang terlihat sebagai yeojya. Justru akan aneh kalau ada namja yang tidak memiliki perasaan apapun pada Kevin. Bayangkan saja kalau kau hidup di kumpulan namja setiap harinya, dan ada satu namja yang benar-benar seperti yeojya? Pasti jadi menarik perhatian, kan?
“Akan sangat bagus kalau Kevin langsung mati berdiri.” goda Kiseop asal.
“Ya! Kau mau Kevin mati, hah?!” Eli langsung mencekik Kiseop dengan lengan kekarnya. Yang dicekik justru tertawa sambil berusaha lepas dari Eli. “Jangan tertawa! Aku serius frustasi, nih!”
“Bodoh! Dari pada kau frustasi disini, lebih baik pulang! Nyatakan perasaanmu padanya!”
“Andwae!” Eli melepaskan Kiseop.
“Ah, terserahlah. Mau pulang atau tidak, yang penting besok kau harus ikut latihan. Kalau kau hilang begitu saja, akan kuadukan ke Deanna noona kalau kau membuat Kevin menangis. Disini dingin, aku mau pulang.” Kiseop langsung berdiri. Namun sebelum dia menjauh, Eli memanggilnya.
“Kau sendiri…”
“Apa?”
“Apa kau suka pada Kevin juga?”
“Kenapa kau bertanya begitu?” Kiseop tersenyum kecil sambil merapihkan rambut hitamnya yang tertiup angin.
Eli hanya mengangkat bahu. “Kau sangat memperhatikan Kevin. Kalian juga sangat dekat.”
“Kalau kubilang, aku juga menyukainya. Kau mau apa?”
Eli terdiam menatap Kiseop. “Aku serius.”
“Nado.” Kiseop mengalihkan tatapannya dari Eli menjadi kearah langit. “Tapi sayangnya, tak ada tempat untukku. Bagi Kevin, aku hanya sahabat yang juga sama berarti untuknya. Kevin tak bisa membedakan betapa pentingnya kau dan aku untuknya. Tapi aku tahu, baginya kau jauh lebih berarti.”
“Kenapa kau bilang begitu?”
Kiseop tersenyum getir. “Kau tahu kan kalau Kevin tak pernah bisa berbohong. Matanya yang mengatakannya padaku. Disaat dia bercerita tentangmu atau menatapmu, ada sinar lain dari matanya dan aku paham artinya. Sayangnya Kevin tak menyadarinya. Baginya, itu sama dengan caranya menatap yang lain.”
Eli termenung mendengarnya. Dia tak yakin kalau Kevin benar-benar seperti itu.
“Bye.” Merasa tak ada yang perlu lagi dibicarakan, Kiseop langsung meninggalkan Eli yang masih terdiam mencerna kalimat Kiseop. “Aku melakukan hal yang bodoh. Masa membantu saingan sendiri?” gumam Kiseop sendirian sambil mengusap lengannya yang agak dingin. “Biar saja, lah.”
0o0o0o0o0o0o0
Eli benar-benar tidak pulang, dia menghubungi Soohyun dan bilang kalau malam itu dia menginap di tempat Ryujin hyung, salah satu manajer mereka.
“Eli hyung, eodiya?” Dongho mengalihkan tatapannya mencari Eli pagi itu. “Apa dia tidak pulang sejak semalam?”
“Nae, dia bilang menginap di apartemen Ryujin hyung.” jawab Soohyun sekenanya. “Ayo cepat, kita harus latihan pagi. Dan kau juga harus segera ke sekolah, magnae.”
“Kevin, gwaenchana?” Jaesop, atau yang biasa dipanggil AJ menatap Kevin yang memakan sarapannya dengan sangat malas. “Sejak semalam kau seperti mayat hidup.”
“Aniya.” Hanya itu balasan Kevin.
“Tuh, kan!” Hoonmin menimpali. “Eli tidak pulang, Kevin jadi mayat. Kalian bertengkar, eh?”
“Aniya.”
“Kevin hyung beneran jadi mayat.” celetuk Dongho tak perduli dan tetap fokus dengan sarapannya.
Kiseop sendiri hanya duduk memperhatikan Kevin dalam diam. Dia tahu apa yang ada dipikiran Kevin. Dan disaat Kevin tiba-tiba meliriknya, dia hanya tersenyum. Seakan tahu apa yang ingin ditanyakan Kevin. “Eli pasti datang ke studio latihan, kok.”
“Jeongmal? Kau yakin?”
“Nae, dia kan professional.” Senyum Kiseop terulas lebar. “Jadi jangan khawatir. Dan hari ini juga, selesaikan masalah kalian.”
“Wakatta nee…”
“Ternyata memang bertengkar, ya.” Hoonmin kembali bergumam sendirian. “Ah, Dongho! Ayo cepat. Kau bilang aku harus mengantarmu.”
“Iya, cerewet.”
Kevin kembali tenggelam dengan lamunannya. Semalaman dia tak bisa tidur. Yang ia pikirkan hanya satu hal. Benarkah Eli mencintainya?
0o0o0o0o0o0o0
“Annyeong!” Dengan semangat penuh, Eli masuk ke studio latihan sambil membawa dua kantung besar makanan. “Aku diberikan ini oleh yeojya chingu-nya Ryujin hyung. Ayo makan!”
PLETAK! Soohyun menjitak Eli cepat.
“Dasar. Sudah tidak pulang dan merepotkan orang, sempat-sempatnya datang dengan senyum lebar dan wajah ceria.” gerutu sang leader sambil menarik kantung yang dibawa Eli. “Tapi kelihatannya enak. Ayo makan!” Soohyun sudah terkekeh sambil duduk di lantai kayu.
Gantian, Eli yang cemberut. “Kenapa juga, aku dijitak—Ah, ayo kalian juga! Aku sudah mencobanya, dan sangat enak.”
“Kebetulan belum sarapan.” Kiseop tertawa kecil dan membuat Hoonmin menatapnya tak percaya.
“Apanya yang belum sarapan? Kau kan makan banyak, Kisippi!”
“Aku belum sarapan babak kedua tahu.”
“Dasar kampungan.” Jaesop tertawa kencang sambil duduk disamping Soohyun. “Kalau soal makanan tidak mau kalah. Ah, Kev! Kenapa diam saja? Tidak tergoda sama makanan enak?”
Bukannya menjawab panggilan Jaesop, Kevin justru melirik Eli yang memandanginya sambil memasang senyum canggung. “Ya, Kim Kyoungjae. Kau tidak pulang semalam gara-gara aku, kan?” tanya Kevin to the point.
“Sok tahu, ah.” Kini Eli membalasnya setengah gugup. “Sejak kapan kau jadi sok tahu, Woo Sunghyun?”
“Sejak kapan juga kau jadi menghindariku dan mengelak?”
“Sejak kapan kau jadi suka mencampuri urusanku?”
“Sejak kapan kau jadi menyebalkan?”
“Sejak_”
“STOP!” Seruan Soohyun membuat Eli diam tak jadi bicara. “Aku tahu sesuatu terjadi diantara kalian. Tapi kalau mau bertengkar lebih baik diluar sana. Kami tak mau makan sambil menonton pertengkaran konyol kalian.”
“Ah, Soohyun hyung.. Aku justru ingin sekali melihat mereka bertengkar.” goda Jaesop sambil memakan jjangmyun yang tadi dibawa Eli.
Eli mengangguk dan langsung mengarahkan jarinya kearah Kevin. Mengisyaratkan pada namja cantik itu untuk mengikutinya. Eli sadar benar, saat ini dia tak bisa mengelak lagi. Dia akan mengatakan semuanya sekarang. Dan apapun yang terjadi, dia akan menerima resikonya.
.
“Oke, mau dimulai dari mana?” Eli membuka pembicaraan diantara mereka.
Kevin yang langsung paham, menatapnya sambil menyipitkan matanya. “Alasan sebenarnya kau menjadi pemarah padaku.”
“Kan sudah tahu.”
“Aku belum tahu!”
“Jangan bohong.” Eli menyunggingkan senyum liciknya menatap Kevin. “Kiseop kemarin bertemu dan menceritakan semuanya denganku. Jangan pura-pura bodoh, Kev. Aku tahu kalau kau tidak jago berbohong.”
Kevin mengkeret. Namja itu langsung mengalihkan tatapannya dari Eli. “Memangnya yang Kiseop katakan, benar semua?”
“Mana aku tahu, aku kan tidak mendengar pembicaraanmu dengannya.”
“Tadi kau bilang dia sudah menceritakan semuanya padamu!” Kevin jadi tidak sabar bicara dengan Eli. Sepertinya merenung semalaman di tempat orang membuat otak Eli jadi sedikit agak bermasalah.
Eli langsung tertawa dan menepuk-nepuk bahu Kevin. “Kau marah, eh?”
“Iya!”
“Dasar bodoh.”
Dikatai bodoh, membuat wajah Kevin mulai merah. Bukan malu, tapi karena kesal. “Oke, Kim Kyoungjae. Aku mulai kesal sekarang. Apa sebaiknya kita tak usah membicarakan masalah ini saja, oke?” Kevin memutar tubuhnya dan hendak meninggalkan Eli, tapi namja itu buru-buru menahan tangan Kevin.
“Jamkaman.”
Kevin diam namun tetap tidak memutar tubuhnya agar bisa menatap Eli. Untuk beberapa saat, keduanya memang saling berdiam diri. Sampai akhirnya Eli melepaskan tangan Kevin dan berjalan sampai tepat berada di belakang Kevin.
“Kiseop benar.” ucapnya lirih. “Semua yang dia bilang padamu itu benar. Kurasa aku tak perlu menjelaskan panjang-lebar kepadamu. Yang ingin kau ketahui memang cuma itu, kan?” Ditepuknya kepala Kevin lembut. “Mianhaeyo, Kevin.”
“Jadi…” Kevin diam sebentar sebelum kembali bicara. Namja itu kini menunduk tak enak hati dihadapan Eli. “Kau…”
“Aku tak akan mengucapkannya.” Eli melanjutkan. “Akan sangat memalukan karena aku tahu apa jawabanmu—mungkin.” Senyum getir kembali terulas diwajah Eli. “Sudah cukup bagiku dengan terus bersama denganmu. Aku tak ingin mengharapkan yang lebih. Setelah ini, aku yakin akan sulit bagi kita bersikap seperti sebelumnya. Jadi aku benar-benar minta maaf.”
“Boleh aku bertanya?” Kevin mengalihkan pembicaraan mereka.
“Nae?”
Perlahan, dia menoleh menatap Eli dengan tatapan penasaran. “Bagaimana kau bisa tahu kalau kau menyukaiku?”
Pertanyaan konyol. Eli langsung tertawa pelan dan itu membuat Kevin kembali memerah, kali ini karena dia merasa malu.
“Ah, aku lupa kalau kau belum pernah pacaran dan cinta pertamamu itu KissMe.”
“Jangan alihkan pembicaraan, cepat jawab!”
Eli menepuk kepala Kevin sambil tersenyum manis menatapnya. “Mudah saja. Kalau bersama denganmu, jantungku berdegup seratus kali lebih cepat dari biasanya. Kalau didekatmu, aku merasa semua akan baik-baik saja. Aku tak bisa melihatmu menangis atau terluka, aku ingin selalu bisa melindungimu dan membuatmu tersenyum. Kau menjadi sosok yang sangat penting dalam hidupku dan sosok yang selalu hidup dalam pikiranku.”
“Jadi kalau kau merasakan hal itu ke semua orang, itu artinya kau menyukai mereka juga?”
“Ani.” Eli menggoyangkan telunjuknya di depan Kevin dengan tampang sok. Tapi berikutnya, dia kembali memasang senyum manisnya. “Perasaan seperti itu, hanya akan kau rasakan pada satu orang. Itu bukan perasaan yang bisa kau rasakan kepada orang lain. Karena itu aku tahu, kalau aku menyukaimu.”
Rona wajah Kevin kembali berubah merah. Namja itu langsung menunduk. “Kalau begitu… Aku bisa mengartikan ini sebagai suka juga, dong?”
“Mwo?”
Dengan wajah aneh, Kevin kembali menatap Eli. “Aku juga merasakannya kalau sedang bersamamu. Apa itu juga bisa kuartikan sebagai suka?”
“Kok aku merasa pembicaraan ini jadi sebuah lelucon, ya?” Tampaknya Eli mulai frustasi menghadapi kepolosan Kevin. Eli langsung duduk di lantai dan menengadah menatap Kevin. “Kau mau menggodaku, ya?”
“Aku serius tahu!” Kevin ikut duduk disamping Eli. “Aku tak terlalu paham bagaimana rasanya menyukai seorang individu manusia. Karena ini pertama kalinya, jadi ini benar-benar sangat asing bagiku. Dan karena kau adalah namja, aku kira ini wajar. Dan aku kira, suatu saat nanti aku juga akan merasakan hal yang sama terhadap semua member U-Kiss.”
“Itu artinya kau akan jatuh cinta ke semua member termasuk si Dongho, eh?”
“Yah, mana aku tahu!” Kevin menumpukan dagunya di kedua lututnya dan termenung selama beberapa saat. “Jadi sekarang?”
“Kau mau apa?”
“Kau maunya apa?” Kevin balik bertanya. Namun, kali ini seulas senyuman terlihat di wajahnya ketika dia melirik kearah Eli. “Apa kau mau kita berpacaran, eh?” godanya santai.
Eli terkekeh sambil melirik Kevin dan ikut menumpukan dagunya di atas kedua lututnya. “Kok aku merasa jadi terlalu gampang, ya?”
“Watashi mo.” Kevin tertawa sendirian sambil menarik nafas.
“Ish, jangan pakai bahasa Jepang!” Eli menjitak kepala Kevin pelan. Dan kembali memasang wajah serius. “Lebih baik kita mencoba menjalaninya seperti biasa.”
“Maksudmu?”
Eli mengangguk sekali sambil duduk tegap. “Aku akan menunggu sampai kau benar-benar yakin kalau yang kau rasakan terhadapku itu memang benar cinta. Dan sampai saat itu tiba, aku akan terus berada disisimu.”
“Itu sih sama saja dengan berpacaran.” Kevin agak cemberut, tapi dia tersenyum. “Tapi itu ide yang bagus.”
Eli kembali mengusap kepala Kevin lembut dan tersenyum. “Tapi jangan membuatku menunggu terlalu lama, okay?”
“Hai, wakarimashita.” Kevin mengangguk cepat sebagai jawaban. “Yang penting, kita harus selalu bersama, ya.”
“Sip!” Eli menepuk-nepuk bahu Kevin cepat.
Baginya, kisah ini belum sepenuhnya tuntas. Tapi dalam hati, dia sangat yakin. Dia percaya kalau Kevin akan menepati omongannya. Kevin tak akan membuatnya menunggu lama. Dan dia juga tak akan mengingkari ucapannya. Dia akan selalu berada disisi Kevin. Ya, bersama dengan orang yang dicintainya.
Karena mereka berdua memang ditakdirkan bersama.
.
~The End~